BEIJING, KORANMAKASSAR.COM — Salah satu ilmuwan Indonesia yang diakui dunia, Prof. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, memimpin delegasi resmi dalam misi diplomasi kesehatan global di Beijing, Tiongkok. Misi ini menegaskan peran strategis Indonesia dalam memperkuat kerja sama internasional di bidang obat tradisional dan inovasi kesehatan berbasis riset ilmiah.
Didampingi Deputi I BPOM RI, dr. William Adi Teja, MD., BMed., MMed., dan Kepala Biro Kerja Sama dan Humas (KSH) BPOM RI, Lynda Kurnia Wardhani, Ph.D., Prof. Taruna menghadiri “China–Indonesia Forum on Bilateral Cooperation and Strategic Development in Traditional Medicine” yang digelar di Beijing, Rabu (5/11/25).
Forum bergengsi tersebut menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok dalam pengembangan obat tradisional berbasis penelitian ilmiah serta integrasi dengan kedokteran modern.
Sebelum menghadiri forum utama, Prof. Taruna juga melakukan serangkaian pertemuan dengan sejumlah tokoh terkemuka dunia pengobatan tradisional Tiongkok, di antaranya Zhao Changlong (mantan Direktur International Training Center for Acupuncture and Moxibustion), Tong Xiaoying (Executive Deputy Director), Wang Heping (mantan Dekan Zhongkang Health Management Training Institute), Prof. Liu Ying dari Beijing University of Chinese Medicine, dan Wang Xing (Executive Director & Assistant Secretary-General China Association for the Promotion of Traditional Chinese Medicine Research).

Pertemuan tersebut membahas peluang penelitian bersama, pertukaran tenaga ahli, serta harmonisasi standar keamanan dan pembuktian khasiat obat herbal. Kolaborasi ini menjadi langkah penting bagi Indonesia dalam memperkuat posisinya sebagai mitra strategis dalam diplomasi sains dan inovasi kesehatan dunia.
Usai forum, delegasi BPOM RI berkunjung ke Wisma Duta Besar RI di Beijing dan disambut hangat oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun, beserta jajaran KBRI Beijing. Dalam suasana penuh keakraban, kedua pihak membahas strategi penguatan diplomasi ekonomi dan inovasi kesehatan, termasuk kerja sama penelitian, promosi ekspor herbal, serta penyelarasan regulasi dengan otoritas kesehatan Tiongkok.
“Diplomasi kesehatan tidak hanya soal obat dan regulasi, tetapi juga tentang pertukaran pengetahuan, nilai, dan budaya ilmiah antarbangsa,”
ujar Prof. Taruna Ikrar, menegaskan pentingnya pendekatan sains dalam diplomasi global.
Baca Juga : Taruna Ikrar: BPOM Kawal Sains dan Regulasi, Fondasi Ekosistem Vaksin Indonesia yang Tangguh Untuk dunia
Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversitas, rumah bagi lebih dari 30.000 spesies tanaman obat yang menjadi dasar pengembangan jamu, minyak atsiri, suplemen herbal, hingga fitofarmaka modern. Potensi ini bukan hanya kekayaan alam, tetapi juga modal diplomasi ekonomi global yang sangat strategis.
Melalui regulasi yang kredibel, riset yang kuat, dan kerja sama internasional, BPOM RI berkomitmen mendorong transformasi herbal Indonesia dari warisan tradisional menjadi komoditas kesehatan berdaya saing global.
“Herbal Indonesia bukan sekadar identitas budaya, melainkan energi baru diplomasi global — simbol harmoni antara alam, sains, dan kemanusiaan,”
tegas Prof. Taruna Ikrar.
Misi diplomasi BPOM RI di Beijing mencerminkan arah baru:
“Menjulang, Membumi, dan Mengakar.”
Menjulang dalam sains, membumi dalam kebijakan publik, dan mengakar pada nilai-nilai kearifan lokal Nusantara.
Melalui diplomasi kesehatan global, Prof. Taruna Ikrar menegaskan komitmen Indonesia untuk menyatukan warisan leluhur dan inovasi masa depan, memastikan bahwa kekayaan herbal Indonesia berkontribusi nyata bagi dunia yang lebih sehat, berkelanjutan, dan berdaulat secara ilmiah. (*)


Komentar