Shalat Dhuha, Kunci Kelapangan Rezeki dan Ketenangan Hati di Tengah Kesibukan Dunia

MAKASSAR, KORANMAKASSAR.COM — Di tengah kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan modern, semakin banyak umat Islam yang kembali menghidupkan amalan sunnah penuh keberkahan: shalat dhuha. Ibadah dua rakaat di waktu pagi ini kini menjadi rutinitas spiritual bagi mereka yang ingin menjemput ketenangan hati dan kelapangan rezeki dari Allah SWT.

Shalat dhuha merupakan shalat sunnah yang dilaksanakan setelah matahari terbit hingga menjelang waktu zuhur. Rasulullah SAW bersabda:

“Di setiap pagi, setiap ruas tulang manusia harus disedekahi… Cukuplah bagimu dua rakaat dhuha sebagai pengganti semua itu.” (HR. Muslim).

Hadis tersebut menegaskan bahwa dhuha bukan sekadar ibadah tambahan, tetapi bentuk nyata rasa syukur atas nikmat kehidupan dan kesehatan.

Di berbagai masjid di Makassar, suasana religius tampak meningkat. Salah satunya di Masjid Agung Makassar, di mana jamaah tampak antusias melaksanakan shalat dhuha berjamaah setiap pagi. Tak hanya kalangan ibu-ibu majelis taklim, namun juga mahasiswa, ASN, hingga pegawai swasta turut meluangkan waktu di sela aktivitas mereka.

Imam Masjid Agung Makassar, Ustaz Ahmad Rahman, mengatakan bahwa istiqamah melaksanakan dhuha adalah tanda kekuatan iman dan kesadaran spiritual yang mendalam.

“Banyak yang bersaksi setelah rutin dhuha, hati terasa tenang, urusan hidup dimudahkan, bahkan rezekinya mengalir lancar. Itulah janji Allah bagi hamba yang mengingat-Nya di waktu lapang,” ujarnya.

Senada dengan itu, Ustaz Adi Hidayat, dalam salah satu kajiannya, menegaskan bahwa shalat dhuha memiliki keutamaan luar biasa sebagai jalan pembuka rezeki dan penenang jiwa.

“Siapa yang ingin rezekinya lapang, hatinya tenang, dan harinya diberkahi, jangan pernah tinggalkan dhuha. Dua rakaat saja cukup untuk menunjukkan syukur dan cinta kita kepada Allah,” tutur Ustaz Adi.

Ia juga menambahkan bahwa dhuha bukan hanya permohonan materi, tetapi bentuk komunikasi lembut seorang hamba dengan Rabb-nya di waktu yang sunyi dan penuh keberkahan.

“Shalat dhuha itu simbol kemandirian spiritual. Saat dunia mulai sibuk, seorang mukmin memilih berdiri di hadapan Tuhannya. Itulah bukti cinta yang sesungguhnya,” kata Ustaz Adi Hidayat dalam tausiyahnya.

Para ulama sepakat, shalat dhuha minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat, dilakukan antara pukul 07.00 hingga menjelang zuhur. Waktu terbaiknya adalah di pertengahan pagi, saat matahari mulai hangat dan sinarnya membawa energi positif.

Kini, di tengah derasnya arus kesibukan dan materialisme, shalat dhuha kembali menjadi simbol kesadaran spiritual umat Islam — bahwa sejatinya rezeki, ketenangan, dan keberkahan hidup hanyalah milik Allah SWT, dan akan diberikan kepada mereka yang istiqamah bersyukur dan mengingat-Nya. (*)

Komentar