MAKASSAR, koranmakassarnews.com – Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Dosen Swasta Indonesia (ADSI) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Webinar Kemerdekaan dengan tema
“Kesadaran Spiritual dan Merdeka dari Mental Block untuk Kesuksesan Insan Akademis” yang diselenggarakan pada hari rabu, 21 Agustus 2024.
Webinar ini menghadirkan dua narasumber, yaitu : Prof. Dr. H. Firdaus Muhammad, M.A yang merupakan Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar serta Muhammad Harun, S.S., M.Pd., C.I, adalah Dosen Fakultas Sastra UMI Makassar yang juga merupakan Ketua DPD. ADSI Sulawesi Selatan dan sebagai moderator webinar adalah Ir. St. Hajrah Mansyur, S.Kom., M.Cs., MTA.
Webinar ADSI Sulawesi Selatan ini dilaksanakan untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 tahun sekaligus juga Launching Program Educational Webinar Series ADSI Sulawesi Selatan.
“Pada kesempatan webinar ini, kami juga langsung Melaunching “Program Educational Webinar Series ADSI Sulawesi Selatan” dan Alhamdulillah webinar dan launching program ini dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP. ADSI Pusat, Dr. Syamsul Bachri, S.IP., SH., MH.”
“Artinya setelah launching Program yang dilaksanakan tadi, maka ADSI Sulawesi Selatan akan intens setiap bulan melaksanakan Webinar dengan topik yang bervariatif, tentu fokusnya tidak terlepas dari peningkatan kapasitas atau kompetensi dosen, tri dharma perguruan tinggi serta isu atau diskursus aktual lainnya”. Ungkap Harun.
Pada webinar ADSI Sulsel ini, Firdaus Muhammad dalam paparannya mengungkapkan, bahwa seorang insan akademis adalah sebutan bagi para kaum terpelajar yang memiliki semangat sebagai agen perubahan, jadi sebagai seorang insan akademis tidak hanya tinggal di dalam pagar-pagar kampus tapi harus berbaur berinteraksi dengan masyarakat dan memperluas jaringan pertemanan bukan hanya dunia akademik tetapi juga ranah sosial.
Selain itu, seorang insan akademis harus juga memahami & sadar akan dimensi spiritual, saya menyebutnya harus memiliki tiga bilik yang terkoneksi : yang pertama bilik spiritual, yaitu harus mengintegrasikan antara dimensi keilmuaan dengan pengamalan tentu kaitantannya dengan hubungan ketuhanan, hubungan manusia dan hubungan dengan alam.
“Lalu ada bilik keluarga dan bilik sosial kemasyarakatan yang harus kita penuhi sebagai insan akademis” lanjut Firdaus.
Adapun Muhammad Harun menyebut bahwa mental block adalah bentuk ketidakyakinan pada diri sendiri yang berasal dari pikiran bawah sadar.
Karena ternyata apa yang kita lihat, yang kita dengar, yang kita rasakan dan kita alami, semuanya akan terekam dalam pikiran bawah sadar dan apabila berhasil tersimpan dalam pikiran bawah sadar maka hal itulah yang akan menjadi suatu keyakinan dalam diri seseorang bahwa begitulah dia adanya.
Baca Juga : Asosiasi Praktisi Pendinginan Jajaki Kolaborasi Pelatihan Tenaga Kerja dengan Pemkot Makassar
Mental block itu erat kaitannya dengan sugesti negatif, sehingga kita harus berhati-hati memberikan sugesti pada diri kita walaupun tanpa kita sadari, karena bila sugesti itu negatif, seperti : saya tidak percaya diri, saya malas, saya susah belajar, saya tidak mampu dan sederet sugesti negatif lainnya, maka itulah yang akan menjadi keyakinan dan terjadi dalam diri kita.
“Karena keyakinan, kebiasaan, karakter, persepsi, itu tempatnya di pikiran bawah sadar, maka pikiran bawah sadar kita harus dipenuhi dengan sugesti positif sehingga kita bisa merdeka dari mental block”. Tutup Harun. (*)