“Fenomena Super Blood Moon bahwasanya ada fenomena potensi banjir rob atau banjir pesisir terhadap wilayah Indonesia,” kata Eko.
Lebih lanjut, Eko menyebut pihaknya melakukan pemantauan BMKG sejak 24 Mei dan dipertajam pada 25 Mei. Yakni terdapat angin yang berhembus konsisten dengan kecepatan cukup tinggi hingga 46 kilometer per jam di beberapa perairan Indonesia.
“BMKG sejak 24 Mei kemarin dipertajam lagi tanggal 25 Mei dan hari ini kita pertajam agar masyarakat mewaspai untuk beradaptasi dan memitigasi terhadap ancaman banjir pesisir ini yang hari dan jam nya tidak sama diantara wilayah yang kita petakan tadi,” kata Eko.
Gerhana bulan total kata Eko juga mempengaruhi ketinggian pasang surut air laut. Dimana, posisi bulan, bumi, dan matahari yang sejajar akan mengakibatkan gaya tarik terhadap air laut lebih tinggi sehingga terjadi pasang air laut lebih tinggi dan menyebabkan banjir rob.
“Dampak dari banjir rob di wilayah pesisir akan berpotensi pada terganggunya transportasi pelabuhan dan pesisir, aktivitas masyarakat serta bongkar muat di pelabuhan,” kata Eko.
baca juga : Gerhana Bulan Total, Kemenag: Salat Gerhana dan Zikir Tetap Terapkan Prokes
Eko juga meminta masyarakat tetap waspada adanya fenomena tersebut. BMKG kata Eko juga telah menyiapkan upaya mitigasi bencana terkait potensi banjir pesisir .
“Agar kita bersama-sama meningkatkan kewaspadaan bagaimana kita melihat lingkungan kita bersama dalam menyiapkan upaya mitigasinya terhadap ancaman banjir pesisir ini,” tutur Eko.
Selain Jakarta, wilayah lain yang berpotensi rob yakni Banten (28-30 Mei 2021), Sumatera Utara (26 Mei 2021), Batam (26 Mei 2021), Jawa Tengah (29-31 Mei 2021), Jawa Timur (26-29 Mei 2021), Kalimantan Barat (26 Mei 2021), Nusa Tenggara Timur (26-28 Mei 2021), Sulawesi Utara (26 Mei 2021, Maluku (26 Mei 2021) dan Papua (26 Mei 2021).