oleh

Pendidikan sebagai Jalan Mengejar Ketertinggalan di Era Digital

KORANMAKASSAR.COM — Kita hidup di era yang bergerak cepat, era digital, globalisasi, dan transformasi teknologi. Di tengah derasnya arus informasi, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci utama bagi kemajuan bangsa.

Sayangnya, masih banyak wilayah di Indonesia yang tertinggal karena akses dan kualitas pendidikan yang belum merata. Ketimpangan ini menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi jika kita ingin mengejar ketertinggalan.

Ketimpangan pendidikan bukan sekadar soal fisik seperti kurangnya gedung sekolah atau sarana belajar. Ia menyentuh hal yang lebih mendasar: kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung, dan berpikir kritis yang rendah di banyak daerah. Rendahnya kualitas pendidikan berdampak langsung pada rendahnya produktivitas masyarakat dan tingginya angka kemiskinan.

Pendidikan adalah alat paling kuat untuk membebaskan manusia dari belenggu ketertinggalan. Negara-negara maju menjadikan pendidikan sebagai pilar utama pembangunan. Indonesia juga harus menaruh perhatian besar pada kualitas pendidikan, karena SDM yang unggul hanya bisa dibentuk melalui sistem pendidikan yang kuat, relevan, dan inklusif.

Sejalan dengan hal itu, UNESCO menekankan bahwa “pendidikan adalah hak asasi manusia dan fondasi bagi kemakmuran dan perdamaian.” Pendidikan yang berkualitas bukanlah kemewahan, tetapi kebutuhan mendesak.

Salah satu tantangan besar saat ini adalah kehadiran media sosial yang seringkali menjauhkan pelajar dari budaya belajar. Alih-alih menjadi sarana edukatif, media sosial sering dimanfaatkan hanya untuk hiburan yang tidak membangun.

Akibatnya, semangat membaca menurun, rasa ingin tahu tumpul, dan pelajar menjadi pasif secara intelektual. Padahal, jika dimanfaatkan dengan bijak, media sosial dapat menjadi jembatan pengetahuan yang luas dan inklusif.

Para pendidik memegang peran sentral dalam menyikapi perubahan zaman ini. Mereka harus mampu menyeimbangkan penggunaan media sosial dengan komitmen untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Guru yang aktif menambah wawasan dan terbuka terhadap inovasi akan mampu menginspirasi siswanya untuk belajar lebih giat dan berpikir lebih terbuka.

Dalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025–2045 yang disusun oleh Bappenas, guru bahkan disebut sebagai kunci transformasi pembelajaran untuk mencetak SDM unggul dan adaptif menghadapi perubahan zaman.

Pendidikan yang kuat dan relevan dengan zaman adalah fondasi Indonesia maju. Dalam dunia yang terus berubah, kita harus memastikan bahwa pelajar tidak hanya melek teknologi, tetapi juga cerdas dalam menggunakannya. Para pendidik pun harus menjadi agen perubahan yang mampu membawa generasi muda menuju masa depan yang lebih baik.

Mewujudkan Indonesia Emas 2045 tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah atau pendidik semata. Ini adalah tanggung jawab kolektif antara orang tua, masyarakat, lembaga, dunia usaha, hingga media.Kita semua harus bergandeng tangan membangun ekosistem pendidikan yang sehat dan memberdayakan.

Mari kita tidak pernah lelah belajar, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang terus belajar. Pendidikan bukan hanya tangga menuju kesuksesan individu, tetapi juga jembatan menuju kejayaan bangsa.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025. Mari kita bangun Indonesia dari ruang-ruang belajar. (*)

Oleh: Yohana Martin Pattanggau, S.E., M.M (Dosen dan penulis)