oleh

Sri Nabila, Seekor Harimau Sumatera Kembali ke Habitatnya

Proses pelepasliaran dimulai dari Bandara Patiambang harimau sumatera “Sri Nabilla” diangkut menggunakan Helikopter ke lokasi pelepasliaran di Kappi – TNGL. Pukul 08.00 WIB kegiatan lepas liar harimau sumatera “Sri Nabilla” dimulai. Di Bandara Patiambang Blangkejeren – Gayo Lues ini, telah berkumpul Tim Lepas Liar Harimau Sumatera “Sri Nabilla” yang terdiri dari Direktorat KKH, Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Balai Besar TNGL, Bupati Gayo Lues, Yayasan Parsamuhuan Bodhicitta Mandala Medan, PT. Agincourt Resources, Forum Konservasi Leuser (FKL) , Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program, PIU Sumatran Tiger Project – Leuser Landscape (GEF – UNDP), serta media cetak dan elektronik.

Berdasarkan hasil survey, Kappi-TNGL dipilih sebagai lokasi lepas liar karena berada pada ketinggian 1.320 mdpl, dan dinilai ini cocok untuk lepas liar mengingat di lokasi ini ditemukan kaisan harimau yang artinya Kappi – TNGL, tepatnya di Cempege adalah habitat harimau sumatera. Lokasinya datar, terbuka dan berbatu yang merupakan bagian dari zona inti TNGL. Lebih mendukung lagi, lokasi ini dekat sumber air dan terdapat saltlick yang tersebar. Tanda-tanda keberadaan satwa mangsa seperti rusa, kijang dan kambing hutan juga ditemukan disini. Sebelum dilakukan lepas liar di lokasi ini sudah dilakukan pembersihan jerat oleh Balai Besar TNGL agar harimau yang dilepas liarkan tidak terjerat.

baca juga : KLHK Gelar Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam Secara Virtual

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) termasuk satwa liar dilindungi sesuai Peraturan Permerintah No. 7 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi, sedangkan menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (Critically endangered). Populasinya diperkirakan + 500 – 600 ekor yang tersebar di hutan-hutan Pulau Sumatera (Population Viable Assesment, 2016).

“Terimakasih kepada Bupati Gayo Lues, Direktorat KKH Ditjen KSDAE, Balai Besar TNGL, Yayasan Parsamuhuan Bodhicitta Mandala Medan, PT. Agincourt Resources, Forum Konservasi Leuser (FKL), Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program, PIU Sumatran Tiger Project – Leuser Landscape (GEF – UNDP), media cetak dan elektronik serta semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi pada suksesnya proses persiapan dan kegiatan pelepasliaran harimau sumatera. Semoga “Sri Nabilla” dapat beradaptasi dan survive di habitatnya,” pungkas Hotmauli Sianturi.