MAKASSAR, KORANMAKASSAR.COM — Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil mengembangkan transdermal patch “2-in-1” berbasis nanopartikel emas dan ekstrak Bauhinia purpurea L., sebuah sistem nanotheranostics selektif untuk deteksi sekaligus terapi kanker payudara secara non-invasif. Inovasi ini dinilai berpotensi menjadi terobosan baru dalam penanganan kanker dengan efek samping minimal.
Kanker payudara hingga kini masih menjadi kanker dengan prevalensi tertinggi kedua di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI (2022), tercatat lebih dari 68 ribu kasus baru dengan angka kematian mencapai 22 ribu jiwa setiap tahunnya. Sebagian besar kasus ditemukan pada stadium lanjut, sehingga menurunkan peluang kesembuhan dan meningkatkan beban biaya pengobatan.
Menjawab tantangan tersebut, tim riset yang diketuai oleh Andi Sitti Nur Fatimah Madaeng, bersama anggota Kirana Angel Tandung, Muh. Alif Rayhan Zulkarnain, Alvaryo Liandy (Program Studi Pendidikan Dokter), dan Sander Bunga’ (Program Studi Kimia), di bawah bimbingan Prof. Dr. dr. Rina Masadah, MD, Ph.D, M.Phil, Sp.PA(K), DFM, mengembangkan Transdermal Patch Nanopartikel Emas dan Nanopartikel Bauhinia purpurea L. (TPNPAu-BPL). Sistem ini memadukan dua fungsi utama — diagnostik dan terapi — menjadikannya inovasi “nanotheranostics” yang bekerja secara selektif pada jaringan kanker.
“Kami ingin menghadirkan inovasi yang tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga mendeteksi kanker secara dini tanpa efek samping berat. Kombinasi nanopartikel emas dan ekstrak Bauhinia purpurea L. dalam bentuk patch adalah langkah menuju terapi yang lebih aman, efisien, dan non-invasif,” jelas Andi Sitti Nur Fatimah Madaeng, ketua tim peneliti.
Secara ilmiah, ekstrak Bauhinia purpurea L. diketahui mengandung senyawa alami yang bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara tipe MCF-7, namun tetap aman bagi sel normal. Senyawa ini dikembangkan menjadi nanopartikel (NPBPL) untuk meningkatkan stabilitas dan efektivitas penghantaran obat.
Sementara itu, nanopartikel emas (NPAu) dimanfaatkan karena kemampuannya meningkatkan kontras pada citra sinar-X, sehingga membantu mendeteksi jaringan tumor lebih akurat, termasuk pada wanita usia muda dengan kepadatan jaringan payudara tinggi.
Patch TPNPAu-BPL telah diuji melalui serangkaian tahapan in vitro dan in vivo di beberapa laboratorium Unhas, yang berlangsung dari 7 Juli hingga 15 Oktober 2025. Hasil pengujian menunjukkan patch tidak bersifat toksik terhadap sel darah merah (uji hemolisis <5%), tidak menimbulkan iritasi kulit (skor 0), serta memperbaiki kondisi fisiologis hewan uji tanpa efek samping sistemik.
“Yang menarik, nanopartikel emas dalam patch mampu menyerap sinar-X dengan baik, sehingga meningkatkan visibilitas tumor pada pencitraan. Artinya, patch ini bisa membantu dokter melihat dan menilai lesi kanker dengan lebih jelas,” tambah Kirana Angel Tandung, salah satu anggota tim.
Riset ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Tim berharap inovasi ini menjadi langkah awal dalam pengembangan teknologi nanotheranostics lokal, sekaligus menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia. (*)
Komentar