“Hasil di lapangan menunjukkan antusiasme warga yang besar, utamanya di daerah padat pemukiman untuk terlibat dalam Lorong Garden. Kita melakukan survei dibantu partner dari beberapa universitas di Indonesia,” ucap Wangda Zou.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar, Muhammad Rheza menjelaskan bahwa NSF sudah bekerjasama dan membantu program longwis dari sisi ketahanan pangannya, mengondisikan lingkungan yang ramah lingkungan dengan menghasilkan udara yang baik.
baca juga : Tokoh Agama Beri Apresiasi Program Forum Sipakainge Usungan Walikota Makassar
Bantuan itu seperti menerapkan alat sensor udara yang sudah beroperasi di beberapa lorong di Makassar, seperti lorong di Bara-Baraya KWT Anggrek, Kecamatan Makassar, dan lorong di Kompleks Perumahan Karmila di KWT Dewi Sari, Kecamatan Tamalanrea. Tujuannya untuk mengukur cuaca, tingkat kelembapan, dan indeks panas. Selanjutnya, akan mengukur kadar polusi udara, yakni sulfur dioksida dan karbon monoksida, partikel PM 2,5 dan PM 10.
Dia mengungkapkan teknologi itu dapat mendukung pencapaian lorong wisata. Lebih jauhnya yakni perihal teknologi terbarukan dengan memanfaatkan energi matahari dan sebagainya.
“Bahkan nanti sampai terkoneksi dengan sisi kesehatan seperti tekanan darah masyarakat, semuanya terkoneksi. Ke situ semua cuma memang bertahap ini dilakukan. Nanti dilihat perkembangannya,” ucapnya.
Rheza juga berharap agar semua lorong di Makassar memenuhi standar sesuai yang sudah ditetapkan dalam standar Lorong Wisata “Green Alley”. Salah satunya, memiliki pencahayaan baik agar dapat menyinari tanaman-tanaman yang ada di lorong. (*)