PAREPARE, KORANMAKASSAR.COM — Universitas Hasanuddin (UNHAS) bekerja sama dengan Komunitas PASERE dalam kegiatan pendampingan penyusunan Peta Warisan Budaya Kota Parepare. Kegiatan ini dilaksanakan pada 18 hingga 19 Juli 2025 di Museum BJ Habibie, Parepare, dengan dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Parepare.
Program yang mengusung tema “Pendampingan Perancangan Cultural Heritage Map untuk Panduan Eksplorasi Budaya dalam Rangka Pengembangan Sustainable Urban Tourism” ini bertujuan untuk mendorong pelestarian budaya lokal dengan pendekatan partisipatif dan berbasis teknologi.
Ketua Tim Pengabdian UNHAS, Yusriana, S.S., M.A., menyampaikan bahwa kegiatan ini melibatkan pemuda setempat dalam pelatihan pemetaan cagar budaya menggunakan teknologi digital. “Cagar budaya tak hanya untuk dilestarikan, tetapi juga dihidupkan tanpa kehilangan maknanya,” ujarnya.
Sebanyak 10 anggota Komunitas PASERE mengikuti pelatihan intensif, mulai dari pengenalan cagar budaya, penggunaan aplikasi pemetaan offline berbasis smartphone, hingga pengolahan data menggunakan Quantum GIS. Para peserta juga terjun langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan situs cagar budaya di Kota Parepare.
Kepala Bidang Kebudayaan Kota Parepare, Niniek Harysani, S.E., menyatakan apresiasinya atas inisiatif ini. Ia berharap kegiatan tersebut dapat menumbuhkan kepedulian dan rasa bangga di kalangan generasi muda terhadap warisan budaya daerah.
Sementara itu, Ketua Komunitas PASERE, Supriadi, menyebut bahwa pelatihan ini menjawab salah satu kendala utama yang mereka hadapi selama ini.
baca juga : Wakil Wali Kota Makassar Hadiri Wedding Expo: Kolaborasi Kreatif untuk Ekonomi dan Budaya Lokal
“Kami sering melakukan kegiatan wisata budaya, namun keterbatasan peta menjadi hambatan. Dengan pelatihan ini, kami jadi lebih siap untuk menyusun peta budaya yang lebih akurat,” ujarnya.
Ke depan, UNHAS mendorong agar peta warisan budaya yang telah disusun dapat terus dikembangkan, tidak hanya mencakup data cagar budaya fisik, tetapi juga warisan takbenda seperti tradisi lisan, upacara adat, kerajinan tradisional, hingga sistem pengetahuan lokal, guna mendukung pengembangan pariwisata budaya perkotaan secara berkelanjutan. (*)