7 Februari 1946 : Perjuangan Rakyat Pagatan Kalimantan Mengusir Penjajah yang Terlupakan

KORANMAKASSAR.COM — Pada tahun 1946, satu tahun setelah Indonesia merdeka, para penjajah masih bernafsu menguasai sebagian wilayah Indonesia. Saat itu, kawasan pesisir tenggara Kalimantan dinilai sangat strategis untuk menjadi markas baru para penjajah. Namun, rencana ini sudah terdengar lebih dahulu oleh masyarakat Pagatan.

Dipimpin HM Nurung, masyarakat Pagatan sudah siap dengan berbagai senjata tradisional yang mereka miliki seperti bambu runcing dan keris. Bahkan, mereka juga memanfaatkan senjata rampasan perang seperti granat dan senapan.

Namun, pihak Belanda paham betul bahwa mereka tak mudah untuk menaklukkan para pemuda Pagatan yang memiliki militansi yang kuat untuk menjaga wilayah dari ancaman pihak asing. Tentara Belanda juga tak mungkin mampu menaklukkan masyarakat Pagatan jika mereka tak merapat ke bibir pantai.

Oleh karena itu, tentara Belanda merancang strategi baru agar mereka dapat masuk ke wilayah pantai Pagatan dengan lebih mudah. Mereka memanfaatkan lemahnya sebagian masyarakat lokal yang masih tergiur dengan iming-iming harta dari pihak Belanda. Akhirnya, dengan strategi licik ini tentara Belanda berhasil memasuki Pantai Pagatan.

Dari jauh, masyarakat Pagatan melihat bendera merah putih berkibar dari atas sekoci. Ini tentu mengejutkan, sebab warga Pagatan mengira bahwa orang-orang yang ada di sekoci adalah tentara Belanda yang ingin menyerang mereka. Tetapi, perkiraan ini meleset. Mereka yang datang juga warga Indonesia. Dari sekoci, mereka juga berteriak bahwa kapal perang besar tersebut adalah milik orang Indonesia, sehingga mereka tak perlu khawatir dengan adanya peperangan. Namun, karena rasa persaudaraan yang kuat dan kentalnya sifat prasangka baik terhadap sesama, masyarakat Pagatan tidak menaruh curiga sedikit pun. Mereka tidak memperhitungkan kemungkinan yang terjadi kemudian.

baca juga : 6 Februari 1993 : Pendiri Masyumi Mohammad Natsir Hembuskan Nafas Terakhir

Setibanya kapal perang itu dibibir pantai, rakyat Pagatan dikejutkan dengan serangan tiba-tiba yang berasal dari kapal besar. Akhirnya, HM Nurung dan ratusan prajurit tewas karena tak sempat melarikan diri. Ratusan pejuang itu dimakamkan di makam pahlawan, Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu.

Momen inilah yang setiap tahun diperingati oleh masyarakat Tanah Bumbu. Namun, menurut saksi sejarah, Fadli Zour, perjuangan masyarakat Pagatan agar 7 Februari diakui sebagai hari pahlawan oleh pemerintah daerah tidaklah mudah. Namun, hari ini Fadli Zour merasa sangat bahagia karena pemerintah sudah menetapkan 7 Februari sebagai hari pahlawan yang sudah menjadi jadwal tetap Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu.

Berikut nama pahlawan yang gugur dalam perang 7 Februari 1946 di Pagatan :

Haji Muhammad Nurung
Muhammad Khuzalifah/La Capa
Abdurahim
La Sennung
La Ongke
La Patiroi
La Dewa
Daeng Patompo/Pua Tengah
La Rambang
La Gebe’
La Natong
La Baita/Ambo Tore
Abdurahman
La Gante/Ambo Muhayyang
Daeng Massiring
La Amassaude’
Muhayyang/La Tenga
La Kamile
Muhammad Sanusi/Ambo Muluking
La Beddu/Wa Mide
La Tunggang
Abdul Kadir/Pua Ade
La Beddong
La Muda
La Temmi/Ambo Dokkeng
Haji Abdul Muin
Muhammad Dahlan/La Dalang
La Kandecong/Wa Ceddung
La Warekk’keng/Wa Naka
La Huje
La Masseed’de/Ambo Maremmang
La Semmag’ga/Wa’na La Semmang
La Dandu
Anang Panangah
La Saleng
Lemmang

(sumber : https://pujamandela.wordpress.com/2017/02/07/mengenang-perjuangan-7-februari-1946-di-pesisir-tenggara-kalimantan/)