Pola seperti ini cukup lazim terjadi di dunia bisnis. Terminologi untuk itu adalah COOPETITION. Yaitu cooperation dan competition sekaligus.
Bekerja sama di satu sisi, dan bersaing di sisi lainnya. Dua pola itu dikerjakan secara bersamaan dalam hubungan dua perusahaan yang bersaing.
Misalnya ini terjadi antara Toyota dan Citroen. Itu dua merek mobil yang berebut segmen yang sama. Mereka bersaing di pasar, tapi juga bekerja sama untuk beberapa hal.
Dua merek mobil itu menciptakan mesin bersama. Masing- masing dari mereka memberikan kontribusi dalam soal dana dan keahlian dan teknisi. Biaya penciptaan mesin itu menjadi rendah bagi masing masing perusahaan karena mereka patungan.
Mesin karya bersama ini lalu digunakan baik oleh Toyota ataupun oleh Citroen. Tapi mereka kembali bersaing dengan brand masing – masing, walau sama sama menggunakan mesin karya bersama.
Jika pola ini digunakan dalam politik, itu berwujud seperti post election ala Jokowi. Apa efek Coopetition bagi kita para pemilih?
baca juga : Denny JA: Opini Publik Atas Putusan MK Soal Usia Minimal Capres Cawapres, Pro Kontra Dalam Persentase
Para pemiilih akan jauh lebih rileks dan realistis bertarung dalam pilpres. Di satu sisi, mereka tetap militan bertarung memenangkan pasangan Capres dan Cawapres masing- masing. Itu karena Capres dan Cawapres yang berbeda jika menang, akan membuat wajah Indonesia yang berbeda pula.
Tapi di sisi lain, para pendukung dan pemilih tidak bertarung yang berlebihan, memecah belah bangsa, hingga tega menyebar fitnah, hoax, video palsu, dengan isu sara, atau isu lain yang merendahkan. Mengapa?
Bukankah pada ujungnya nanti, capres-cawapres yang bersaing itu toh juga akan kerja sama di kabinet pemerintahan mendatang?
Tapi bagaimana dengan fungsi oposisi? Tak ada demokrasi tanpa oposisi?
Ketika Prabowo memutuskan ikut Jokowi paska bertarung di Pilpres 2019, oposisi tetap ada di parlemen. Oposisi juga tetap hadir di civil society. Media juga tetap menjalankan kontrolnya atas pemerintahan.
Coopetition, Post- Election Ala Jokowi, sudah dicoba. Kini pola coopetition tetap menjadi pilihan politik Indonesia. *