Doni Monardo : Pandemi, Momentum Revisi UU Kekarantinaan Kesehatan

Kritik sebagai Catatan Penting

Terkait Buku Putih Penanganan COVID-19, Doni mengapresiasi semua usulan, masukan, dan kritik yang semua akan menjadi catatan penting bagi pemerintah dalam penanganan COVID-19 ke depan. Terlebih, sampai hari ini, kita belum tahu kapan pandemi berakhir. Belum ada satu pakar pun yang menjamin kapan COVID-19 sirna.

“Bahkan Bapak Presiden mengingatkan, meski vaksin sudah ada, tapi kita tidak boleh kendor menerapkan protokol kesehatan. Kita harus saling mengingatkan agar disiplin memakai masker, menjaga jarak dan hindari kerumuman, serta sering mencuci tangan memakai sabun,” papar Doni Monardo.

Selain itu, kita harus tetap meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, agar diberi kesabaran dan ketabahan menghadapi cobaan ini. “Imun juga harus dijaga dengan rajin berolahraga, istirahat cukup, makan makanan bernutrisi, tidak boleh panik dan menjaga hati agar selalu gembira,” tambahnya.

Perubahan Perilaku

Usai paparan Doni Monardo, moderator menanyakan dua hal. Pertama ihwal penerapan “adaptasi kebiasaan baru”, dan kedua tentang upaya mengkoordinasikan berbagai elemen bangsa dalam menghadapi pandemi.

Doni menjelaskan ihwal bidang perubahan perilaku yang menjadi ujung tombak Satgas COVID-19, diketuai Dr Sonny Haryadi. Di bagian ini melibatkan pakar berbagai bidang. Ada antropolog, sosiolog, dan psikolog.

Belajar dari pandemi flu Spanyol yang pernah melanda negeri kita tahun 1918 – 1920 saat masih bernama Hindia Belanda. Ketika itu, pemerintah Hindia Belanda awalnya hanya fokus menangani bidang kesehatan. Puncak pandemi terjadi November 1919.

Pemerintah kolonial saat itu lantas mengubah kebijakan dengan mengedepankan kearifan lokal. Selain faktor kesehatan, juga diperkuat dengan sosialiasi mengenai flu burung lewat medium kebudayaan. Salah satunya memanfaatkan tokoh punokawan dalam dunia pewayangan.

Seperti misalnya, dialog antara punokawan Petruk dan Gareng mengenai flu spanyol. Pesan yang disampaikan adalah imbauan agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

baca juga : Satgas Covid-19: Berikan Sanksi Kepada Penyelenggara Yang Mengundang Kerumunan

“Catatan itu kami dapat dari literatur media berbahasa Belanda yang terbit akhir tahun 1919,” kata Doni, yang pernah secara khusus ke Belanda. Ia dibantu tim BNPB melakukan penelusuran data kebencanaan yang pernah melanda negeri kita selama dalam cengkeraman penjajah dulu.

Itu pula alasannya mengapa Doni Monardo mengajak banyak tokoh dari berbagai disiplin dan latar belakang untuk membantu Satgas COVID-19. Bukan hanya itu, Indonesia juga kemudian dicatat sebagai negara yang paling masif melibatkan media dalam menangani pandemi.