Gelar Konferensi Pers, Indonesia Diyakini Mampu Bersaing Global dalam Industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai

Pembangunan industri electronic vehicle serta lithium battery juga tentunya tidak dapat dipisahkan dari hilirisasi pertambangan, khususnya untuk nikel, tembaga ( copper), dan bauksit.

“ Copper, nikel, dan bauksit ini berperan sangat signifikan dalam pengembangan renewable energy dan dalam beberapa bulan terakhir pun kalau diperhatikan harganya naik secara signifikan,” terang Deputi Seto.

Kemudian, Deputi Seto juga menyampaikan rencana pembangunan smelter copper antara PT Freeport bersama Tsing Shan di Weda Bay. Saat ini masih dilakukan negosiasi yang ditargetkan dapat mencapai kesimpulan di akhir bulan Maret. Sejauh ini, Tsing Shan sudah memberikan penawaran yang menarik untuk menanggung pembiayaan investasi.

“Pembiayaan investasinya ini sebagian besar akan ditanggung oleh pihak Tsing Shan. Tsing Shan juga berani untuk memberikan pembiayaan yang maksimal secara keseluruhan dari diskusi yang sekarang. Mungkin dari pihak Freeport hanya butuh memberikan pendanaan sekitar 7.5% dari total project cost nya,” ungkap Deputi Seto.

“Mereka akan bangun hilirisasi tembaganya. Kita ingin turunannya mereka bangun di sana, bukan hanya copper cathode saja,” lanjut Deputi Seto.

Dengan dilakukan pembangunan pada kawasan industri, secara langsung juga akan berkontribusi pada peningkatan ekonomi regional. Hal tersebut terjadi secara beriringan dengan adanya peningkatan kebutuhan tenaga kerja serta fasilitas pendukungnya.

baca juga : Permudah Penggunaan Kendaraan Listrik, Menhub Apresiasi Aplikasi “Charge.IN” Buatan PLN

Pemerintah pun tidak lepas perhatian untuk menjaga kelestarian, salah satunya dengan membangun industri daur ulang pada lithium battery dengan memanfaatkan lithium battery bekas pakai. Industri ini sedang dalam tahap pembangunan di Morowali.

“Kita lagi bangun di Morowali untuk recycling nikel. Jadi lithium battery yang udah habis pakai itu didaur ulang diekstrak lagi. Ini salah satu cara untuk me_recycle_ apa yang sudah diproduksi,” terang Deputi Seto.

Besarnya potensi sumber daya serta terbukanya kesempatan kerja sama yang ada, menurut Deputi Seto, harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mengembangkan Indonesia.

“Saya pikir ini adalah satu momentum untuk bisa menempatkan posisi Indonesia dalam global value chain yang signifikan. Kita bisa jadi pemain utama di sana, undang partner yang tepat untuk hilirisasi dan teknologi sehingga kita bisa mengembangkan juga,” pungkas Deputi Seto. (*)