oleh

76 Tahun Api Islam, Spirit Juang dan Tradisi Intelektual Dalam Lentera Sejarah HMI

koranmakassarnews.com — Tepat 76 Tahun yang lalu, disebuah kampus sekolah tinggi Islam di Yogyakarta, didirikan sebuah organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam yang diprakarsai oleh Lafran Fane beserta 14 kawan seperjuangannya pada saat itu.

Tentunya tidak ada yang pernah menebak tunggang langgang temporal perjalan sejarah, begitupun Alm. Lafran fane yang tidak pernah menyangka HMI akan menjadi laboratorium pengetahuan jutaan kader diseluruh penjuru semesta bumi pertiwi.

Namun ikhtiar dan niatan yang berbasis pada kehormatan dan martabat bangsa dan nyala api Islam dalam menghilangkan segala bentuk pengisapan dan penindasan menjadi dasar utama, HMI hadir sebagai organisasi yang bernafaskan Islam.

Seperti yang diketahui bahwa HMI adalah organisasi yang lahir dalam paceklik dan serpihan-serpihan agresi militer belanda, namun dengan kegigihannya Hmi sebagai organisasi perjuangan turut andil di medan pertempuran melawan Belanda. Meskipun pada fase itu pembinaan organisasi terlucuti sekaligus terabaikan, namun mampu ditambal segera atas dasar kesadaran para kader HMI saat itu.

Hari ini kita seakan ingin bernostalgia dengan itu, sebab banyak kader yang tiba-tiba menjelma menjadi agresor yang menciptakan konflik berkepanjangan dan tak jarang menindas sesamanya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya sehingga mata air perkaderan dan upaya dialogis disudut-sudut kampus dan diruang-ruang sekret telah hilang.

Penulis M. Kasim Ketua HMI Takalar

Bukankah salah satu indikator kemunduran HMI menurut Agus Salim Sitompul adalah memudarnya tradisi intelektual ditubuh HMI.

Salah satu tujuan yang sangat visioner dan mulia dari HMI adalah menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, sebab kita paham secara bersama bahwa Islam adalah agama yang terbuka, rasional, toleran, dan egaliter dalam memandang nilai-nilai tradisi. Maka sudah barang tentu kader-kader HMI menjadi inisiator untuk mengembalikan citra sejuk dari Islam itu sendiri ditengah riuhnya konflik rasial dan bahkan keyakinan. Tentunya hal ini menjadi pondasi kuat terciptanya masyarakat adil, makmur dan beradab.

HMI pada perjalanannya bukanlah organisasi yang linggak lingguk menikmati udara segar, namun HMI berjalan pada gelombang tantangan, cercaan cobaan, kepungan konflik dan rongsokan ujaran kebencian sampai dalam suatu ketika HMI pernah diganyang (didemo) agar segera dibubarkan.

Namun betul bahwa konflik itu mendewasakan dan lebih menguatkan soliditas sampai pada usia 76 HMI, sebab kader-kader HMI telah ditempa oleh sejarah perjuangan para pendahulu di HMI dan didewasakan oleh dinamika yang bernaung ditubuh HMI, namun sejatinya kader-kader HMI dibentuk dalam berbagai forum bernuansa intelektual yang telah mentradisi dan mendarah daging dalam tubuh HMI.

baca juga : 5 Februari 1947 : Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Didirikan di Yogyakarta

Perjuangan pada rekam sejarah HMI harusnya ditransformasi dan dihidupkan kembali oleh setiap kader HMI. Kita percaya bahwa dalam ungkapan “Yakin Usaha Sampai” tersirat makna dan spirit dari mereka yang telah menua dan petang bersama cita-citanya membangun HMI. Tradisi intelektual, mencetak pemimpin yang berkapasitas ,mewujudkan keadilan sosial dan membangun jiwa interpreneur ship adalah sedikit cara untuk menghidupkan kembali spirit Ikhtiar HMI dimasa lalu.

Pada sisi yang lain penegasan dari Nurcholish Majid (Caknur) bahwa” mereka cukup bangga dengan mengatakan hampir 90 persen birokrasi di negeri ini kita telah ambil alih”. Sebuah kebanggaan yang secara subtantif tidak dilandasi dengan harapan besar dari masyarakat cita. Banyak yang hanya bercokol pada simbol dan atribut saja sehingga lupa menanamkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Proses perkaderan tak seharusnya menekankan pada proses peghafalan dari tujuan sebuah organisisai tetapi bagaimana tujuan itu bisa dipahami secara mendalam dan aktual pada nilai-nilai kemanusiaan.

Akhirnya para kader HMI hanya didominasi dan terjerembab oleh hasrat kekuasaan dibanding dominasi gairah kecerdasan intelektual dan spiritualnya. Sehingga varian baru penyembah kekuasaan yang korup lahir dari rahim suci yang sejak dulu kala berada di barisan terdepan melawan kekuasaan yang otoriter. Khidmat HMI untuk masa depan perdaban, adalah sebuah tema yang diangkat oleh HMI di umur yang cukup dewasa ini yang tentunya mengandung makna dan cita-cita mendalam pada setiap pikiran dan tindakan kader HMI kedepan. Panjang umur himpunanku.

Penulis : Muhammad Kasim (Ketua Umum HMI Cabang Takalar)