Menteri Siti menegaskan bahwa Rimbawan dalam melakukan tugas mulianya harus meniatkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT dan harus yakin pada setiap keringat dan tetesan darah yang dikeluarkan pada saat bertugas, akan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Dalam pidatonya, Menteri Siti menekankan tantangan kedepan dari seorang Rimbawan yang akan lebih berat lagi akibat perubahan-perubahan yang sudah terlihat nyata.
“Kita tahu persis perubahan sedang terjadi, namun perubahan itu tidak akan menghapus jati diri kita, tidak akan merusak atau menghilangkan landmark kehutanan Indonesia. Itulah antara lain refleksi cara bagaimana kita mengelola perubahan di KLHK yang tuntutannya begitu besar, tantangannya juga tidak kecil, serta pijakan Rimbawan sejati tetap harus menjadi pedoman,” jelas Menteri Siti.
baca juga : Menteri LHK : Penting Kerjasama Indonesia-Belanda dalam Agenda Adaptasi Iklim
Menteri Siti mengucapkan terima kasih kepada para keluarga pahlawan Rimbawan yang hadir di Kampus Gunung Batu atas sumbangsih yang telah almarhum/almarhumah berikan bagi bangsa dan negara, khususnya untuk dunia Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Agus Justianto menambahkan bahwa pada masa Pandemi COVID-19 ini telah membawa perubahan besar pada KLHK. Salah satunya yaitu dalam pelaksanaan acara/kegiatan di KLHK. Agus menjelaskan bahwa Acara Renungan Suci ini menerapkan Protokol Kesehatan secara penuh dalam pelaksanaannya, sesuai kewajiban dari keputusan Presiden No. 11 Tahun 2020, tentang kedaruratan kesehatan masyarakat terkait COVID-19. Agus menambahkan pelaksanaan dari kegiatan Renungan Suci ini dilaksanakan secara kombinasi tatap muka dan juga daring, serta mengundang secara terbatas untuk peserta yang hadir tatap muka.
Dalam Pemaparannya, Agus menjelaskan bahwa kegiatan Renungan Suci ini sudah sepatutnya dilaksanakan untuk mengenang jasa para pahlawan Rimbawan yang telah penuh berdedikasi penuh dalam menjalankan tugas negara.
“Acara Renungan Suci sendiri diselenggarakan sebagai bentuk introspeksi diri dan kontemplasi untuk berfikir dengan benak yang jernih terhadap apa yang telah kita lakukan sebagai seorang Rimbawan dalam membangun kehutanan yang lestari dan menjaga lingkungan hidup untuk kemaslahatan manusia,” pungkas Agus.(*)