oleh

Taruna Ikrar: Kabar Gembira Vaksin Dendritic Indonesia Telah lewat Uji Klinis dan Sedang Menunggu Persetujuan BPOM

JAKARTA, koranmakassarnews.com — Ketua Konsil Kedokteran (KKI) Prof. Taruna Ikrar memastikan Vaksin Nusantara yang menggunakan metode sistem dendritic sel yang dirintis dirinya bersama mantan Menteri Kesehatan Prof. Dr. Terawan A. Putranto dan periset lainnya telah dinyatakan Merampungkan Uji Klinis Tahap Akhir.

Dalam uji klinis Fase Akhir dengan efektivitas 96,8 persen,” berdasarkan data yang telah didaftarkan ke BPOM.

Tim peneliti pun bersyukur, Vaksin Nusantara yang merupakan Proyek Dendritic Vaksin ini telah dipublikasikan di dalam jurnal internasional bereputasi internasional dengan judul ‘A personal Covid-19 Dendritic Cell Vaccine Made at Point of Care: Feasibility, Safety, and Antigen Specific Cellular Immune Responses’. Dipublikasikan di Journal yang sangat terpandang yaitu: Human Vaccines & Immunotherapeutics. https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=xtqyDXsAAAAJ&cstart=20&pagesize=80&citation_for_view=xtqyDXsAAAAJ:dfsIfKJdRG4C

DR dr Taruna Ikrar

Adapun publikasi vaksin nusantara ini terindeks di Scopus dengan Impact Factors yang sangat tinggi dengan skor 8,34. Scopus sendiri merupakan adalah pangkalan data pustaka yang mengandung abstrak dan sitiran artikel jurnal akademik.

Scopus mengandung kurang lebih 22.000 judul dari 5.000 penerbit, 20.000 di antaranya merupakan jurnal tertelaah di bidang sains, teknik, kedokteran, dan ilmu sosial.

Taruna menjelaskan “I bring this technology from Aivita Biomedical USA for Indonesia (Saya membawa teknologi ini dari Avita Biomedical USA untuk Indonesia). Ini membuktikan bahwa (vaksin nusantara, red) it’s very great projects,” tegas Guru Besar Farmakologi, Universitas Malahayati Lampung, dan Member of American College of Clinical Pharmacology di Amerika Serikat ini.

Lebih lanjut, Taruna yang juga menjabat sebagai Direktur IAMRA atau Konsil Kedokteran Dunia ini menjelaskan, metode dendritic cells yang dikembangkannya ini memiliki perbedaan dengan varian kandidat vaksin Covid-19 lainnya.

Prinsipnya dalam metode ini antibody dikembangkan di luar tubuh penderita selama 6 hari, setelah dendritic selnya berkembang, akan disuntikan lagi kepada penderita.

baca juga : Bahlil Dukung Taruna Ikrar Gelar Pertemuan Internasional IAMRA di Bali 2023, Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadir

Dalam konferensi persnya dalam sebuah webinar 2.5 tahun yang lalu (tepatnya tahun 2020), pada saat awal pandemik, Taruna Ikrar berkata: dalam link berikut

“Saya berikhtiar akan membawa metode ini ke Indonesia melalui koordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sehingga Indonesia bisa memiliki vaksin sendiri, tidak tergantung dengan negara lain atau perusahaan internasional farmasi dengan demikian harga vaksin bisa terjangkau bahkan gratis sehingga dapat mendorong untuk eradikasi Covid-19 di Indonesia,” kata jebolan dokter Universitas Hasanuddin, Universitas Indonesia, University of California & Harvard University USA.

Ilmuwan yang dinobatkan sebagai Top 1% menurut Sinta Kemendikbud Ristek RI, yang karya-karyanya dapat ditelusuri via Google Scholar https://scholar.google.com/citations?user=xtqyDXsAAAAJ&hl=en
& link biography singkatnya sbb https://youtu.be/PHAxJdJv42s