oleh

15 Juni 1885 : Sumur Minyak Bumi Pertama di Indonesia

koranmakassarnews.com — Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang beragam. Mulai dari Minyak bumi, gas, batu bara serta mineral lainnya sepertri emas, tembaga, timah dan sebagainya. Kegiatan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia sudah lama dilakukan, sejak zaman penjajahan bahkan jauh sebelumnya.

Jejak-jejak kegiatan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia pun sampai saat ini masih ada. Ada yang masih terawat dengan baik, tetapi tidak sedikit yang kurang mendapatkan perhatian. Salah satu jejak sejarah kegiatan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia adalah sumur minyak bumi pertama di Indonesia.

Sumur minyak bumi pertama di Indonesia, ditemukan oleh Aeilko Jans Zijker, pada 1880. Ia merupakan seorang ahli perkebunan tembako pada Deli Tobacco Maatschappij, yang baru saja pindah dari Jawa ke Sumatera Timur.

Saat melakukan inspeksi, ia menemukan genangan air bercampur minyak bumi. Sampel minyak tersebut kemudian dibawa ke Batavia untuk dianalisis. Hasilnya, daerah tersebut memiliki kandungan minyak sebesar 59 persen. Pada 1882, Zijker, bertolak ke Negerik Belanda, mencari dan mengumpulkan dana dari teman-temannya untuk kebutuhan kegiatan eksplorasi minyak di wilayah Langkat.

Ketgam : Telaga Tunggal sumur minyak bumi pertama di Indonesia

Setelah mendapatkan cukup dana, perizinan pun diurus. Setahun setelahnya yakni pada 1883, ia mendapatkan konsesi seluas 500 bahu (3,5 km persegi) dari Sultan Lahat saat itu, Sultan Musa. Setelah mendapatkan izin konsesi, kegiatan pengeboran pun dilakukan. Pada 17 November 1884, setelah lebih kurang 2 bulan melakukan pengeboran, minyak yang diperoleh sekitar 200 liter, masih jauh dari espektasi.

Mengharapkan minyak yang didapatkan justru semburan gas bercampur air yang cukup kuat, membuat kegiatan pengeboran terpaksa dihentikan. Tak patah arang, kegiatan pengeboran dialihkan lokasinya ke wilayah sebelah timur. Beruntung, konsesi yang diberikan Sultan Musa cukup luas, meliputi wilayah pesisir Sei Lapan, Bukit Sentang sampai ke Bukit Tingi, Pangkalan Brandan. Sehingga bisa mendapatkan titik pengeboran yang lebih banyak jumlahnya.

Selanjutnya, pengeboran dilakukan di desa Telaga Said. Pengeboran di lokasi ini sedikit kesulitan karena struktur tanah yang lebih keras dibandingkan di tempat sebelumnya. Usaha mendapatkan minyak bumi di Telaga Said, mulai menemukan titik cerah ketika pada kedalaman 22 meter, dalam waktu 48 jam kerja minyak yang diperoleh sudah mencapai 1.710 liter. Tidak berhenti pada kedalaman tersebut, kedalaman sumur terusj dilakukan. Saat mata bor mencapai kedalaman 31 meter, minyak yang dihasilkan berkali lipat jumlahnya mencapai 86.406 liter.

Pada 15 Juni 1885, ketika mencapai kedalaman 121 meter, tetiba muncul semburan kuat gas dari dalam sumur beserta minyak dan material lainnya. Sumur tersebut kemudian dinamanakn dengan Telaga Tunggal I. Penemuan minyak di Telaga Tunggal I ini menjadi catatan sejarah penting penemuan minyak pertama di Nusantara.

Tahun 1890 Zijker mengalihkan konsesinya ke NV Koninklijke Nederlandsche Petroleum Maatschappij (KNPM). Zijker meninggal mendadak pada Desember 1890 di Singapura. Kepemimpinan perusahaan digantikan oleh De Gelder yang berkantor di Pangkalan Brandan. Agar kegiatan eksploitasi minyak dilakukan secara terintegrasi, maka fasilitas untuk kegiatan di hilir dibangun juga, maka pada 1892, kilang minyak di Pangkalan Brandan dibangun. Pada 1898, tangki-tangki penimbunan dan fasilitas pelabuhan dibangun di Pangkalan Susu. Minyak mentah yang dihasilkan dapat diolah terlebih dahulu sebelum dikapalkan. Pelabuhan Pangkalan Susu merupakan pelabuhan ekspor minyak pertama di Indonesia.