oleh

AIDS Pandemi yang Mengkhawatirkan dan Potensi Kunyit sebagai Obat Anti-HIV

Hingga saat ini, belum ada obat atau vaksin yang dapat mencegah penularan virus HIV. Oleh karena itu, pencegahan HIV/AIDS masih bergantung pada perilaku individu dan masyarakat.

Masyarakat indonesia menggunakan kunyit (Curcuma Longa) sebagai obat tradisional selama berabad-abad.  Tanaman ini dipercaya memiliki banyak manfaat seperti penambah nafsu makan, peluruh empedu, obat luka/gatal, anti radang, sesak nafas, antidiare , dan merangsang keluarnya angin perut.  Kunyit juga digunakan sebagai pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu dapur.

Kunyit memiliki beberapa kandungan yang bermanfaat bagi tubuh yaitu curcumin, sesmetoksikumin, bisdesmetoksikurkumin, resim, pati, karbohidrat, protein, selulosa, lemak, vitamin C, antioksidan, zat pahit, zat besi, fosfor, kalsium, minyak atsiri.

Curcumin merupakan senyawa yang memiliki potensi sebagai obat anti-HIV. Curcumin dapat menghambat siklus replikasi HIV melalui berbagai mekanisme: 1) Curcumin dapat menghambat integrase dengan cara menghambat interaksi antara integrase dan DNA sel inang, sehingga dapat mencegah virus HIV untuk menginfeksi sel inang 2) Curcumin dapat menghambat protease dengan cara menghambat aktivitas enzim tersebut, sehingga dapat mencegah virus HIV untuk berkembang biak, 3) Curcumin dapat menghambat NF-kB dengan cara menghambat interaksi antara NF-kB dan reseptornya, sehingga dapat mengurangi peradangan yang disebabkan oleh virus HIV, 4) Curcumin dapat menghambat LTR dengan cara menghambat interaksi antara LTR dan faktor transkripsi, sehingga dapat mencegah virus HIV untuk memproduksi RNA virus baru, 5) Curcumin dapat menghambat topoisomerase dengan cara menghambat aktivitas enzim tersebut, sehingga dapat menyebabkan kerusakan DNA virus HIV dan mencegah virus HIV untuk berkembang biak.

baca juga : Konferensi Transformasi Komunitas dalam Penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia

Beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya oleh Surya Wijaya, dkk menunjukkan bahwa penggunaan nanocurcumin terkapsulasi apotrasferin tidak hanya dapat menghambat siklus replikasi HIV, namun juga dapat memperbaiki gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HIV.  Penelitian lain oleh Mazumber, dkk memperlihatkan bahwa curcumin memiliki aktivitas antivirus dengan menghambat HIV-1 integrase dengan IC₅ₒ=40 µM.  Eigner, dkk juga menemukan bahwa curcumin mempunyai aktivitas sebagai anti HIV-1 dan HIV-2.

Penelitian-penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa curcumin dapat menghambat siklus replikasi HIV dan memperbaiki gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HIV, sehingga curcumin yang terdapat dalam kunyit memiliki potensi sebagai obat anti-HIV.

Penulis : Sudarmin (Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Gizi, Universitas Hasanuddin)