oleh

Denny JA: Kekuasaan Untuk Gagasan, Memilih Di Samping Jokowi

koranmakassarnews.com — Ketika begitu banyak aktivis, intelektual yang menyerang Jokowi, bahkan ingin melengserkannya, mengapa saya memilih justru berdiri di samping Jokowi?

Saya mulai dengan buku yang saya karang sendiri: Membangun Legacy. Ini buku renungan dua puluh tahun saya malang melintangg dalam pemilu presiden, membantu seorang calon presiden terpilih.

Tujuan tertinggi seorang pemimpin adalah membangun legacy. Itu hanya mungkin terjadi jika pemimpin itu memajukan masyarakatnya. Misalnya, ia meninggalkan satu warisan, satu kondisi yang memberi warna masyarakatnya untuk kemajuan.

Saya diundang Pak Jokowi akhir Juli 2023. Kami berdua saja bercakap-cakap sekitar 30 sampai 40 menit. Saya katakan pada Pak Jokowi, “Yang istimewa, karena Pak Jokowi bisa keluar dari tradisi sedih Presiden Indonesia.”

Kita sudah punya enam presiden sebelum Jokowi. Semua presiden itu berakhir dengan kisah sedih. Bung Karno dijatuhkan, Pak Harto dijatuhkan, Habibie ditolak pertanggungjawabannya oleh MPR,. Gus Dur juga dijatuhkan.

Memang Megawati dan SBY selamat. Tapi dua presiden ini di ujung kekuasaannya, partainya pada pemilu, turun drastis sekali. Tapi Jokowi sekarang ini potensial keluar dari tradisi itu karena kepuasan publik kepada Jokowi sekarang ini tinggi sekali.

Respon Jokowi: “padahal kita ini tiga tahun mengalami musibah Covid-19. “ Karena itu Pak,” saya katakan, “bagus sekali jika seorang presiden memiliki legacy. Yaitu jejak gagasan yang kokoh, yang nantinya itu mengharumkan masyarakat.”

baca juga : Denny JA: Ilusi Memberhentikan Jokowi

Lima puluh tahun dari sekarang, sejarahwan akan menilai siapa presiden Indonesia yang legacynya, mengharumkan warganya secara begitu kental.

Di Amerika Serikat, tiga presiden yang selalu dipilih, yang dianggap kontribusinya pada kemajuan bangsa paling tinggi, adalah Abraham Lincoln, George Washington, dan FD Roosevelt.

Lincoln dipilih nomor satu karena di eranya ia menghapuskan secara berani sekali perbudakan kulit hitam. Keputusan itu ikut mengobarkan perang saudara, perang sipil di Amerika Serikat selama 12 tahun.

Ketika Lincoln menjadi presiden, Amerika Serikat bagian selatan itu wilayah perkebunan sebagai penghasilan utamanya. Zona ini sangat bergantung pada perbudakan.