oleh

Denny JA: Publik Dunia Bergolak Membela Palestina Menentang Israel, Mengapa?

koranmakassarnews.com — Rasa keadilan! Itulah sentimen yang paling kuat yang membuat umat manusia bisa bertahan hingga sekarang, juga ke depan.

Ketika dalam satu momen sejarah, sebagian dari pemimpin atau masyarakat menjadi ganas, menjadi buas, menjadi gila, maka sebagian yang lebih besar lagi dari publik lainnya menunjukkan aksi protesnya, menunjukkan keinginan mengoreksi. Rasa keadilan itu mengganggunya.

Itulah respon kita melihat berita-sekarang ini. Bahwa aksi protes terhadap serangan Israel atas Palestina kini sudah mendunia.

Aksi protest itu berlangsung di begitu banyak negara. Tidak hanya terjadi di negara Islam misalnya, atau di Timur Tengah. Itu juga terjadi di aneka pusat negara barat.

Lihatlah beritanya. Juga lihat fotonya. Aksi protes ini tak hanya melibatkan bahkan puluhan ribu orang, di Amerika Serikat, di Kanada.

Itu juga terjadi di Jerman, di Inggris dan banyak negara-negara Eropa lainnya. Meluas juga aksi protes itu di negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia. juga di Turki.

Cuplikan video ini terasa spirit dan militansi para demonstratornya: “Free- free Palestine. I believe that palestinians have been subject to 75 years of a brutal open air prison system of apartheid. And I oppose Injustice Anywhere.”

Ini aksi protes yang militan sekali, yang keras sekali terhadap Israel. Mereka lantang dan tegas meneriakkan “Free Palestine, free Palestine! Bebaskaj Palestina.

baca juga : JK Bersama Ribuan Umat Islam di Istiqlal Laksanakan Qunut Nadzilah Untuk Palestina

Bukan di Timur Tengah, video ini merekam aksi protes di Amerika Serikat. Publik yang terlibat dalam aksi protes juga mayoritasnya bukan beragama Islam. Mereka marah, gerah,karena terganggunya rasa keadilan.

Mengapa pada momen ini semakin meluas protes kepada Israel? Tiga alasannya.

Pertama, kekerasan Israel sudah melampaui batas. Sebuah rumah sakit di bom hancur luluh. Sebanyak 300 Orang mati.

Di rumah sakit itu ada anak-anak. Di sana ada ibu-ibu. Ada relawan. Ara dokter. Mereka tidak terlibat dengan perang. Mereka hanya datang ke sana karena sakit dan menyeembuhkan. Tapi secara membabi buta mereka dibunuh.

Kedua, kekerasan ini juga tak lagi terarah. Tak lagi masuk akal. Sudah 8.000 orang mati dalam waktu kurang dari sebulan. Sebagian adalah anak-anak.

Para bocah ini tak banyak mengerti apa yang terjadi. Tapi mereka menjadi korban. Aktivis Hamas yang berperang, tapi anak- anak Palestina yang dibunuh.

Ketiga, yang juga menjadi penyebabnya, orang tahu bahwa di balik kemarahan Palestina ini adalah kehendak untuk merdeka.

Berjuang untuk merdeka adalah moralitas publik yang asasi. Siapapun dia, termasuk kita di Indonesia, jika kita ingin merdeka, pastilah kita angkat senjata. Bahkan jika itu hanya bambu runcing yang kita punya.

Saatnya, kita harus mencari solusi yang lebih permanen bagi lingkaran setan konflik Israel- Palestina. Presiden Amerika Serikat, Joe biden, sudah mengatakan itu.

baca juga : Denny JA: Ujung Konflik Israel-Hamas (Palestina), Tiga Skenario

Ketika usai nanti perang Israel dan Hamas, haruslah berdiri dua negara merdeka, baik itu negara Israel ataupun negara Palestina, yang hidup berdampingan dengan damai. Two State Solution.

Sebelum dunia internasional secara kolektif berhasil menciptakan, ikut mengkreasi negara yang merdeka, maka dunia modern tak bisa kita katakan benar-benar beradab.

Itu karena konflik Israel- Palestina, yang berdarah, dibiarkan berlarut- larut. Ini 75 tahun sudah. Konflik tak pernah berujung pada solusi yang beradab: Two State Solution! *