oleh

Hakekat puasa dan makna Ucapan Marhaban Ya Ramadhan

Oleh M.Yazid S.Busthami
Ketua DMI dan MCMI Kec. Ujung Pandang

Saat ini kita sedang berada pada zaman yg penuh dengan berbagai persoalan. Dimana didalamnya telah bercampur antara yg haq dan yg bathil, antar mutiara dan lumpur, antara permata dan kotoran, antara ulama dan orang2 keji. Zaman yang dipenuhi oleh orang2 yang di dalamnya orang-orang hanya pandai berpidato. Zaman yang di dalamnya orang-orang bodoh menjadi panutan.

Ramadhan hadir untuk menjadikan kita cerdas, bertakwa dan beriman, karena itu Allah menghadirkan ramadhan setiap tahunnya kepada umat Nabi Muhammad Saw agar ia mampu mencerdaskan akal, pikiran dan qalbunya dengan cara berpuasa.

Kwalitas puasa kita harus lebih baik dari tahun sebelumnya, yang tidak sekedar menahan lapar dan haus Akan tetapi bagaimana puasa tahun ini kita menjadi bahagian dari panggilan Allah Swt yakni Marhaban Ya Ramadhan.

Apa itu Marhaban Ya Ramadhan? Marhaban Ya Ramadhan secara leghter leg adalah selamat datang bulan Ramadhan. Akan tetapi secara maknawiah Marhaban Ya Ramadhan adalah “Selamat datang wahai kekasihku”. Siapakah kekasih2 Allah itu.? Di dalam Qs.Al-Baqarah 183 disebutkan “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

Jadi puasa itu bukan sekedar menahan lapar dan haus akan tetapi ada perintah agar kita menjadi “Taqwa”. Yaa ayyuhallaziina aamanu atau dalam bahasa Indonesia wahai orang-orang yang beriman. Pesan ayat ini bahwa ayat 183 Allah telah menurunkan syariatnya. Akan orang yang beriman dan bertaqwa harus menjalankan perintah dan larangan secara istiqamah, tunduk patuh kepada-Nya, mengeluarkan zakat, bersedekah dan yang terpenting adalah Hablumminallah dan Hablumminannaasnya berjalan bersama. Itulah orang yang beriman dan bertaqwa.

Jika kita berada dalam golongan ini maka Marhaban Ya Ramadhan dimaknai sebagai selamat berjumpa wahai kekasihku. Karena puasa itu adalah milik Ku dan untuk Ku bahkan rahasia Ku. Artinya hakekat puasa hanya aku yang mengetahuiNya.
Untuk mencapai iman dan taqwa dalam berpuasa maka manusia harus menjalankan empat hal yaitu ;
1. Fungsi kehambaan.
2. Fungsi Sosial kepada sesama manusia.
3. Fungsi makrifat (Pengenalan kepada Allah) ; dan,
4.Fungsi Rahmatan lil alaminnya.

Ke empat fungsi ini harus berjalan pada dirinya agar kekuatan iman dan taqwanya harus lebih melekat pada dirinya dan bermanfaat kepada sesamanya.

-Fungsi sebagai hamba yakni orang yang tahu dirinya bahwa Allah menciptakannya untuk mengabdi kepadaNya, sebagai pelayan Tuhan (servant of god) dan memiliki keshalehan dan iman kepada Allah Swt.

– Fungsi sosial, karena sifat manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir saat ia meninggal dunia.
Fungsi sosial berjalan jika manusia punya sifat kepeduliaan terhadap sesamanya serta berinteraksi budaya. Memiliki nilai sosial sebagai individu, sebagai pelindung, punya nilai solidaritas, punya peran di masyarakat.

-Fungsi makrifat, adalah bagaimana dia mampu mengenal Tuhan-Nya dengan cara mengenal jati dirinya.
Dengan fungsi ma’rifatullah menjadikan puncak kesadaran yang menentukan perjalan hidupnya menuju Allah Swt.
Dengan makrifatullah seorang hamba dapat mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya dan dengan sadar ia akan berupaya menempuhnya secara bersungguh sungguh.

– Dan fungsi Rahmatan Lil alamiin yaitu sadar bahwa kehadiran islam yang di bawa oleh Rasululkah Saw di tengah masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta. “Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta”.

Jadi apapun amalan yang kita lakukan di bulan Ramadhan harus disandarkan pada Niat Karena Allah Swt bukan yang lainnya dan selalu menjalan ke empat fungsi tersebut diatas, termasuk memberi makan anak yatim atau orang-orang di jalan pada saat menjelang buka atau yang biasa disebut Ta’jil. Jika amalan itu berangkat dari niat karena Allah maka dia adalah kekasih Allah, tapi jika dia lakukan karena ingin dilihat orang berarti yang memuliakannya adalah manusia bukan Allah. Apakah sah puasa
demikian? Tetap sah tapi masuk dalam puasa umum yaitu hanya menahan lapar dan haus.

Pencapaian tertinggi dalam puasa adalah taqwa sebagaimana tersebut diatas yakni orang orang yg berpuasa karena iman dan taqwa maka ketika masuk 1 Ramadhan dia diundang sebagai kekasih Allah dan di akhir ramadhan dia menjadi pemenang. Maka pantaslah yang demikian itu merayakan Hari Raya Idul Fitri dan kembaki kepada fitrah manusia yang suci. Dengan demikian dia sudah ber islam (syariat), ber iman (hakekat) dan ber ihsan. (Mengenal Allah).

Semoga kita semua dipanggil oleh Allah dengan Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang wahai kekasihku).
Luruskan niat, bersihkan hati dan tetap istiqamah. Mohon maaf lahir dan bathin. Marhaban Ya Ramadhan.