oleh

Pemikiran Denny JA Soal Agama Sebagai Warisan Kulutural Milik Bersama Karya Ahmad Gaus

Diskusi Buku di IAIN Bangka Belitung, Desember 2023

 Terobosan Pemikiran Agama Setelah Hans Kung dan Nurcholish Madjid

koranmakassarnews.com — Akhir-akhir ini para reformis dari berbagai tradisi keagamaan mengajukan pendekatan teologi toleransi untuk membangun perdamaian antaragama.

Namun pada saat bersamaan muncul perlawanan dari kalangan konservatif yang menolak pendekatan teologi karena dianggap menodai keyakinan.

Secanggih apapun pendekatan teologi tetap akan menimbulkan resistensi. Pasalnya, teologi dibangun di atas teks yang multi interpretasi.

Inilah keterbatasan pendekatan teologi. Karena itu gagasan Denny JA yang menawarkan pendekatan sosiologis atau non teologi dalam hubungan antaragama, patut disambut gembira, karena akan memberi sumbangan yang besar pada dialog agama.

Mungkin ini sumbangan terbesar setelah Hans Kung, seorang teolog Katolik berkebangsaan Swiss, dengan gagasan dialog agama untuk perdamaian dunia, yang dalam tiga dekade terakhir menjadi trend di kalangan umat beragama.

Pendekatan non teologi yang digagas Denny JA adalah memandang agama sebagai warisan bersama umat manusia dan karena itu ia menjadi milik bersama.

Demikian benang merah yang muncul dalam diskusi buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google (Penerbit Cerah Budaya, 2023).

Diskusi diadakan di IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik (SAS), Bangka Belitung, pada Rabu, 13 Desember 2023. Tampil sebagai narasumber dalam diskusi tersebut adalah Ahmad Gaus sebagai penulis buku, dan Dr. Zaprulkhan, dosen IAIN SAS.

baca juga : Saatnya Pendidikan di Sekolah Disentuh Budi Pekerti Melalui Sastra

Di hadapan seratusan peserta yang hadir, Gaus menceritakan bahwa ia telah menulis pemikiran tokoh-tokoh besar Islam dalam berbagai buku seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Buya Syafii Maarif, dll. Mereka adalah tokoh-tokoh pencerahan karena pemikiran mereka mengubah paradigma dan menawarkan sesuatu yang berbeda. Pemikiran Islam yang berkembang di luar itu, menurut Gaus, cenderung mengikuti arus utama, sehingga memperkuat konservatisme.

“Praktis setelah era Cak Nur, Gus Dur, Buya Syafii, dan gerakan semacam Islam liberal, kita tidak menemukan lagi pemikiran yang mendobrak. Wacana keagamaan menjadi stagnan.

Untunglah saya kemudian membaca pemikiran Denny JA yang benar-benar berbeda dari pemikiran siapapun sebelumnya. Inilah yang disebut pencerahan,” ujar Gaus.