oleh

Relevansi Merdeka Belajar Dengan Etika Lingkungan

koranmakassarnews.com — Di tengah isu pemanasan global yang sekarang ini dampaknya semakin sering kita rasakan bahkan mulai menjamah negara-negara Eropa dan Amerika, ternyata kasus perusakan lingkungan hidup di indonesia justru terjadi semakin parah. Begitupula arah kebijakan pemerintah malah menguntungkan kapitalisme dan membahayakan masa depan lingkungan hidup.

Dari penomenoligi diatas tentunya manusia tidak seharusnya mengalami loncatan berpikir, yakni ingin merumtuhkan kapitalisme tanpa pernah berpikir mengubah manusia-manusia yang berdiam dan tinggal di indonesia. Dengan karakter yang baik tentunya akan berimplikasi kepada cara manusia mengharagai lingkungannya, krisis ekologi yang terjadi melanda negeri ini mulai dari krisis iklim dan bencana alam dimana-mana menjadi sebuah hal yang sangat memantik hati nurani dan pikiran manusia untuk mengubahnya. Lalu apa solusi yang harus dihadirkan ?

Penulis melihat bahwa pembangunan kesadaran harus dimulai dari dunia pendidikan, formulasi merdeka belajar penulis rasa adalah sebuah alternatif untuk menciptakan manusia-manusia yang berkualitas, apalagi jika konsep merdeka belajar ini diadopsi dari konsep pendidikan kihajar dewantara yang memusatkan tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia, hal yang dimaksud manusia disini tentunya bukan hanya mikrokosmos namun makrokosmos yang mencakup segalanya termaksud manusia dan alam semesta, manusia dan alam semesta bukanlah hal yang terpisah.

Selain itu sebagai generasi yang tinggal di Bumi di masa depan, anak-anak perlu menyadari situasi Bumi semakin genting. Pemanasan global sekitar 1,2° C sejak 150 tahun lalu mengakibatkan berbagai dampak buruk bagi kehidupan: cuaca ekstrem, kebakaran hutan, pemanasan laut, hingga penurunan keanekaragaman hayati. Sebagian di antaranya sudah kita rasakan. Perubahan suhu Bumi berisiko mengubah iklim lebih drastis lagi pada 2050. Efeknya bisa lebih parah, dan anak-anaklah yang paling berisiko merasakannya. Hal inilah yang sangat tepat untuk pendidikan menjarkan tentang resiko dan dampak yang akan ditimbulkan dari krisi iklim dan ekologi ini.

Penulis Muh. Mahfud, Peserta Advance Training (LK3) HMI BADKO SULSELBAR

Penulis sepakat dengan gaya pendidikan Paulo Freira yang mengedepankan kesadaran kritis terhadap segala fenomenologi yang terjadi disekitar kita, termaksud kiat-kiat eksploitasi alam harus segera diberhentikan oleh kesadaran siswa yang telah diajarkan disetiap sekolah. Studi menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan yang berkualitas dapat meningkatkan kesadaran iklim, bukan hanya terhadap anak-anak, tapi juga sampai “menular” ke orang tua dan keluarga mereka.

Peran ini krusial, terutama bagi Indonesia, yang hanya 47% penduduknya percaya bahwa pemanasan global terjadi akibat perbuatan manusia. Disinilah merdeka belajar harus diuji sebagai satu produk yang mampu mempengaruhi etika lingkungan seseorang sebagai aspek fundamental dalam kehidupan.

Salah bentuk implementasi merdeka belajar melalui pembelajaran berbasis projek. Projek ini memuat isu lingkungan yang diintegrasikan dengan mata pelajaran umum seperti seni, budaya, fisika, kimia dan lain-lain. Kebijakan pemerintah tentang kurikulum merdeka belajar ini diwajibkan mengalokasikan waktu 20-30%.

Selain itu kerja sama antara pihak baik pemerintah, swasta, sekolah dan masyarakat untuk mendukung program merdeka belajar, misalnya pihak swasta membantu program dengan CSR, pegiat aktivis lingkungan untuk menambahkan materi tentang lingkungan hidup dalam platform sekolah serta peran pemerintah pusat untuk mengeluarkan kebijakan untuk mendorong seluruh instansi pemerintah sampai tingkat desa yang mendukung merdeka belajar.

Isu lingkungan hidup ini sangat penting diajarkan di pendidikan karena menurut prediksi ilmuwan yang tergabung dalam IPCC, pemanasan global yang menjadi penyebab bencana cuaca ekstrim di seluruh dunia ini, dalam 20 tahun kedepan berisiko tidak lagi dapat dikendalikan. Namun dengan catatan apabila kita masih melakukan aktifitas seperti biasa atau business as usual dan tidak mengurangi emisi karbon dioksida secara ekstrim.

(Penulis Muh. Mahfud, Peserta Advance Training (LK3) HMI BADKO SULSELBAR)