oleh

Saatnya Pendidikan di Sekolah Disentuh Budi Pekerti Melalui Sastra

“Kita beruntung karena AI belum bisa menulis puisi esai,” gurau Denny di depan 200 orang peserta Festival Puisi Esai Jakarta. Yang hadir tertawa.

Menurut Denny, seandainya AI sudah bisa menulis puisi esai, itu tetap tak menjadi masalah. Karena kita membaca sejarah. Sehebat apapun kemajuan teknologi, dalam sejarah seorang penulis tetap dibutuhkan.

“Teknologi datang dan pergi. Tapi seorang penulis tetap hadir di sana,” kata Denny yakin.
Dia memberikan alasan bahwa setiap zaman memerlukan narasi. Manusia di mana pun memerlukan penjelasan.

“Apa yang tengah terjadi? Kita sedang bergerak kemana? Para narator menjawab kebutuhan itu,” ujar Denny.

Narator itu adalah penulis. Mungkin ia filsuf, ilmuwan, sastrawan, agamawan, penyair, termasuk juga penyair puisi esai.

Hal lain yang dikemukakan Denny untuk memperkuat alasannya bahwa profesi penulis masih dibutuhkan, Dia menceritakan sebuah peristiwa di Finlandia.

Tahun 2023 ini, Finlandia terpilih sebagai negara yang memiliki warga negara paling bahagia sedunia. Sudah enam kali berturut- turut negara ini dipilih oleh PBB.

baca juga : Penghargaan Satupena Award 2023 Untuk Penulis Berdedikasi

Denny memberikan penjelasan bahwa salah satu yang membuat warganya bahagia adalah karena kurikulum pendidikannya. Di negara itu, untuk mengajarkan budi pekerti, moralitas, imajinasi, mereka menggunakan sastra. Novel, cerpen, puisi, menjadi medium untuk membuat anak didik berkembang imajinasinya, merasakan dilema moral lewat lewat kisah kisah.

Jadi, kata Denny, sastra di sekolah menjadi masa depan puisi esai. Karena bangunan puisi esai itu memang menggabungkan fakta dan fiksi. Menggabungkan riset dan renungan.

“Tak ada yang lebih kuat dari fakta, dari kisah sebenarnya, yang menjadi guru kita. Riset diperlukan untuk mengenali fakta itu. Dan ia dicantumkan dalam catatan kaki.”

Gabungan Fakta dan Fiksi itulah fondasi utama puisi esai.

“Maka kita niatkan. Itulah ruang pengabdian kita selanjutnya. Teman- Teman di daerah, di luar negeri, bersama kita ikhtiarkan agar Puisi Esai Goes to Campus. Puisi Esai Goes To School.” kata Denny. *

(Dilaporkan oleh Jonminofri Nazir)