oleh

Sejarah Emas Hijau Selayar di Desa Bontolebang

SELAYAR, koranmakassarnews.com — Nama Bontolebang, kedengarannya cukup asing di kuping wisatawan ataupun traveler. Namun siapa sangka, jika desa tersebut terkenal dengan asal usul ’emas hijau’ yang cukup terkenal.

Desa yang secara administratif, berada di dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan ini ternyata menyimpan seribu satu catatan sejarah, salah satunya emas hijau.

Salah satu bangunan yaitu lima buah kolam pendingin mesin, yang dimana sampai hari ini masih berdiri kokoh, di pesisir pantai timur, Pulau Gusung, Desa Bontolebang menjadi saksi bisu, puncak kejayaan emas hijau yang belakangan melekat pada penamaan Kabupaten Kepulauan Selayar.

Penguatan fakta sejarah kejayaan emas hijau di Pulau Bumi Tanadoang juga ikut dibuktikan dari keberadaan tiga unit perahu tongkang yang terbangun dari bahan cor di pesisir pantai timur Pulau Gusung.

Bukti lain terkuak dari temuan puing-puing pondasi, dan sebaran batu gunung, bekas bangunan gudang lain yang sudah ambruk, termakan usia.

Sementara di sebelah selatan, bangunan bekas gudang kopra,  ditemukan sebuah situs makam tua, tak bertuan. Di dalam bangunan gudang, ikut ditemukan sebuah ranjang besi peninggalan yang menjadi pelengkap bukti-bukti sejarah di sepanjang kawasan pesisir, pantai timur, Pulau Gusung.

Achmad (65 tahun) salah seorang saksi sejarah yang berhasil dijumpai awak media di lapangan, menuturkan bahwa bekas gudang kopra di pesisir pantai timur Pulau Gusung, dibangun pemerintah kolonial Belanda, pada kisaran tahun 1954, beberapa tahun pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

“Situs gudang kopra tua, dibangun hampir bersamaan dengan hadirnya, perahu tongkang, berbahan cor yang pada tahun 1954, digunakan untuk menarik kapal kayu tak bermesin, bermuatan kopra dari kawasan bibir pantai sebelah barat kota Benteng menuju Pulau Gusung,” ujarnya.

Selain mendirikan gudang, lanjut Achmad, pemerintah kolonial Belanda juga sempat membangun dermaga susunan batu gunung, yang dipancang memanjang dari bibir pantai timur Pulau Gusung, sampai dengan perairan terdalam.

baca juga : Kapolri Bersama Panglima TNI Kunjungi Wisata Aquaculture di Banten

“Konon, dermaga tersebut, sempat beberapa kali, didarati oleh helikopter milik pemerintah kolonial Belanda dan situs makam tua di sisi sebelah selatan bekas bangunan gudang kopra, merupakan makam milik Tau Barakka, atau manusia berbekah dan berilmu tinggi,” jelasnya.

Maka dari itu, dinamakan emas hijau karena keyakinan didasari pada peristiwa munculnya cahaya berwarna hijau, menyerupai sosok manusia berbadan tinggi, tepat di atas pusara situs makam tua.

(Andi Fadly Dg. Biritta)