oleh

30 September 1965 : PKI Melakukan Upaya Kudeta Dengan Menculik dan Membunuh Jenderal TNI AD

koranmakassarnews.com — Presiden Sukarno yang bertindak menyeimbangkan antara PKI, militer, fraksi nasionalis, dan kelompok-kelompok Islam yang terancam oleh kepopuleran PKI. Pengaruh pertumbuhan PKI menimbulkan keprihatinan bagi pihak Amerika Serikat dan kekuatan barat anti-komunis lainnya. Situasi politik dan ekonomi menjadi lebih tidak stabil; Inflasi tahunan mencapai lebih dari 600 persen dan kehidupan Indonesia memburuk.

PKI dirasakan oleh kalangan politik, beberapa bulan menjelang Peristiwa G30S, makin kuat. Sehingga para pesaing PKI mulai khawatir PKI akan memenangkan pemilu berikutnya. Gerakan-gerakan untuk menentang PKI mulai bermunculan, dan dipelopori oleh Angkatan Darat. Pada Desember 1964, Chaerul Saleh dari Partai Murba (dibentuk oleh mantan pemimpin PKI Tan Malaka) menyatakan bahwa PKI sedang mempersiapkan kudeta.

PKI menuntut larangan Partai Murba, tuntutan itu dipaksakan kepada Soekarno pada awal 1965. Dalam konteks Konfrontasi dengan Malaysia, PKI menyerukan untuk ‘mempersenjatai rakyat’. Sebagian besar pihak dari tentara Angkatan Darat melarang hal ini. Sikap Soekarno tetap secara resmi untuk tidak terlalu mengambil sikap atas hal tersebut karena Sukarno cenderung mendukung Konfrontasi dengan Malaysia seperti PKI.

Pada bulan Juli sekitar 2000 anggota PKI mulai menggelar pelatihan militer di dekat pangkalan udara Halim. Terutama dalam konsep ‘mempersenjatai rakyat’ yang telah memenangkan banyak dukungan di antara kalangan militer Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Pada tanggal 8 September demonstran PKI memulai untuk pengepungan selama dua hari di Konsulat AS di Surabaya.

Pada tanggal 14 September, Aidit mengalamatkan kepada gerilyawan PKI untuk mendesak anggota agar waspada dari hal-hal yang akan datang. Pada 30 September Pemuda Rakyat dan Gerwani, kedua organisasi PKI terkait menggelar unjuk rasa massal di Jakarta terhadap krisis inflasi yang melanda.

Pada malam 30 September dan 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September ini dimulai ketika sekelompok gabungan pasukan pengawal presiden Tjakrabirawa pimpinan Letkol Untung memanggil paksa para jenderal-jenderal TNI AD. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan-pasukan ini mulai bergerak menuju kediaman:

1. Men/Pangad Letjen A. Yani,
2. Deputi II/Pangad Mayjen TNI Suprapto,
3. Asisten I/Pangad Mayjen TNI S. Parman,
4. Deputi III Men/Pangad Mayjen TNI M.T. Hartono,
5. Oditur Jenderal Militer/Inspektur Kehakiman AD Brigjen TNI Sutoyo,
6. Asisten II/Pangad Brigjen TNI D.I. Panjaitan,
7. Menko Hankam/Kasab TNI A.H. Nasution.

Dari tujuh target, pasukan pimpinan Letkol Untung hanya berhasil mendapatkan enam jenderal. Satu targetnya, yaitu Menko Hankam/Kasab TNI A.H. Nasution berhasil meloloskan diri.