oleh

Denny JA: Berebut Suara NU dan Perilaku Pemilih Santri

Kita pun masuk ke dalam dunia perilaku pemilik kaum santri. Ketika kita sebut santri dalam tulisan ini, itu sudah termasuk santri perempuan.

Tiga hal yang kini mempengaruhi perilaku pemilih kaum santri. Pertama, kini di para santri itu memiliki handphone di tangan. Itu yang membuat mereka punya akses informasi di luar dunia para Kiai. Mereka kini mempunyai sumber informasi lain.

Kedua, para santri pun semakin terekspos ke dunia luar yang begitu berbeda, begitu beragam. Dengan sendirinya, mereka kini bisa membanding-bandingkan. Pandangan para kiai atau pengurus NU hanya salah satu patokan saja.

baca juga : Denny JA: Kultur Politik Generasi Milenial Warnai Pilpres 2024

ketiga, para santri sekarang ini punya begitu banyak informasi dan percakapan, dengan jendela dunia yang jauh lebih luas. Pandangan mereka sudah melampaui tembok pesantren.
Akibatnya, dalam perilaku politik mereka, dan pilihan pasangan capres- cawapres kini relatif mandiri.

Itu sebabnya, mengapa sekarang ini, tak hanya pedoman para kiai yang mempengaruhi perilaku pemilih mereka. Bahkan jika tokohnya, Sang Kiai itu sendiri, ikut menjadi capres atau cawapres, pun mayoritas pemilih NU juga tetap menimbang- menimbang.*

Untuk komunitas NU yang total populasinya kini di atas 50 persen pemilih Indonesis, Anies menawarkan Cak Imin. Ganjar menawarkan Mahfud. Prabowo- Gibran menawarkan Dana Abadi Santri yang lebih diperluas.*