oleh

Denny JA: Mengapa Menang Telak Satu Putaran Saja?

Itu sederhana. Simpel saja jika menggunakan data elektoral. Cukup melihat satu indikator saja. Yaitu tingkat pengenalan dan kesukaan total pemilih kepada Prabowo dan dan Gibran.

Pada survei terakhir LSI Denny JA itu (Feb 2024), Prabowo dan Gibran dikenal dan disukai pada puncaknya. Dua tokoh ini mencapai status variabel elektabilitas “tingkat dewa,” kelas premium.

Variabel elektabilitas itu terminologi untuk kondisi pembentuk elektabilitas. Yaitu tingkat pengenalan dan tingkat kesukaan.

Yang mengenal Prabowo dan Gibran sudah di atas 90% populasi Indonesia. Dan yang menyukai Prabowo dan menyukai Gibran juga di atas 80%.

Saya sudah melakukan survei ribuan kali sejak tahun 2002. Saya tahu persis, sangat susah mencapai posisi “variabel elektabilitas” kelas premium ini.

Sepanjang pemilihan langsung nasional, posisi ini hanya pernah dicapai oleh SBY di tahun 2009 ketika ia menang satu putaran saja. Juga ini pernah dicapai oleh Jokowi di tahun 2019 ketika ia menang kedua kalinya. Kini Prabowo dan Gibran yang mencapai status itu.

Dengan variabel elektabilitas premium, tingkat dewa itu, tak diperlukan kecurangan yang masif, terstruktur dan sistematis untuk menang telak satu putaran saja.

Mengapa saya yakin pasca election ini walaupun begitu banyak protes, politik nasional akan baik-baik saja? Tak akan terjadi kerusuhan model 1998?

Ini bisa diprediksi cukup dengan dua indikator. Pertama tingkat kepuasan, approval rating publik kepada Jokowi.

Sejak bulan Juni 2023 hingga Februari 2024, approval rating Jokowi, kepuasan publik pada Jokowi berkisar antara 75% – 82%. Memang ada publik yang tidak puas pada Jokowi. Tapi itu di bawah 20% saja.

Tingginya approval rating Jokowi terasa jika kita bandingkan misalnya dengan approval rating Joe Biden presiden Amerika Serikat. Saat ini di bulan Januari 2024, approval rating Joe biden hanya 40% saja. Di bulan yang dama, approval rating Jokowi 70%, dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan milik presiden Amerika Serikat.0

Semua gerakan yang protes pada Jokowi, tak akan menemukan ekosistem yang kokoh, tak bergema ke akar rumput. Itu karena mayoritas publik puas pada Jokowi.

baca juga : Denny JA: Akankah Akhirnya Pilpres 2024 Ini Satu Putaran Saja?

Apakah publik luas kecewa dengan kondisi ekonomi, politik, budaya, hukum, sosial. Sekali lagi, data elektoral menunjukkan publik luas, mayoritas, oke- oke saja dengan situasi.

Lebih dari 60% publik luas puas dan merasa sedang- sedang saja (tidak kecewa) dengan situasi ekonomi, politik, budaya, hukum. dan keamanan. Jelaslah ini bukan rumput kering yang mudah terbakar jika diprovokasi.

Inil medan opini. Ini lapangannya. Walaupun ada kritik di sana dan di sini, kritik itu tak akan meluas membuat kegelisahan yang masif model 1998.

Tapi satu hal yang harus juga kita katakan. Kritik, kesaksian dan protes dari teman- teman intelektual, akademisi, para guru besar, itu berharga untuk direnungkan. Itu semua bagian yang penting dari civic education. Itu semua menu yang dibutuhkan untuk pematangan demokrasi.*