oleh

Denny JA: Satu Islam, Dua Jadwal Puasa, Dua Jadwal Idul Fitri

-000-

Berbagai pertemuan internasional sudah dilakukan untuk menyusun kalender global hijriah umat Islam. Beberapa
pertemuan penting bisa dicatat.

Tahub 2016
Badan Urusan Agama
Republik Turki menyelenggarakan Seminar
Internasional Penyatuan
Kalender Hijriyah.

Sudah ada pertemuan di tingkat menteri negara yang mayoritasnya muslim dalam rangka kalender global bersama. Juga pertemuan ahli falak dunia muslim beberapa kali dibuat untuk keperluan tersebut.

Kalender global bersama umat Islam dunia hanya mungkin terjadi jika disepakatinya lima prinsip
Ini. (1)

Pertama, diubahnya prinsip
rukyat lokal menjadi rukyat global (Transfer Imkan Rukyat).

Rukyat adalah melihat hilal atau bulan baru di ufuk, dengan menggunakan mata kepala secara langsung atau menggunakan alat bantu seperti teropong.

Selama ini, di dunia muslim hanya berlaku rukat teritori, misalnya per negara saja. Dengan sendiri, dengan metode rukyat lokal, tak akan pernah terjadi kesamaan waktu idul fitri. Rukyat di Indonesia pasti berbeda dengan rukyat di Arab Saudi, misalnya.

Karena dunia sudah menjadi satu, maka perlu diterapkan bersama rukyat global. Artinya, rukyat yang terjadi
di satu tempat, ditransfer juga menjadi rukyat di tempat lain.

Kedua, kesatuan matlak bagi seluruh dunia.

Matlak itu istilah (terminologi) bagi permulaan terbitnya hilal (bulan sabit) untuk menentukan awal Ramadhan. Ia juga digunakan sebagai tanda berakhirnya pelaksanaan ibadah tersebut.

Apabila di suatu tempat di mana pun di muka bumi telah terjadi imkan rukyat, hilal sudah terlihat, maka itu dipandang berlaku bagi seluruh kawasan di muka bumi.

Ketiga, karena yang akan dicari bukan lagi waktu lokal per negara, tapi waktu global, maka melihat hilal diubah dari melihat dengan mata telanjang menuju melihat dengan perhitungan matematika dan astronomi.

Zaman sudah berubah. Karena sudah sangat maju, ilmu pengetahuan lebih bisa melihat dan memprediksi pergerakan benda langit ketimbang mata telanjang.

Ini yang disebut hisab. Itu perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.

Keempat, dunia muslim juga perlu menerima apa yang disebut Garis Tanggal Internasional.

Garis Tanggal Internasional memang hanya garis imajiner buatan manusia. Ia sama sama sekali tidak berlandaskan benda-benda langit ataupun rotasi bumi.

Tapi Garis imajiner itu diperlukan untuk pembentukan awal sebuah hari. Ia juga berperan besar menyatukan seluruh dunia pada satu tanggal dari kalender Gregorian.

Kalender Gregorian itu juga menjadi dasar dari kalender masehi yang luas dipakai di dunia, termasuk di Indonesia.

Kelima, empat prinsip di atas adalah prinsip keilmuan untuk membentuk kalender hijriah global. Namun empat prinsip itu berhenti di atas kertas saja.

baca juga : Denny JA: Evaluator Kecurangan Pemilu Sebaiknya Akademisi, Jangan Politisi

Agar prinsip itu berlaku, ia perlu disetujui dan dipraktekan serentak di beberapa negara mayoritas Muslim yang penting.

Misalnya, organisasi muslim besar dunia di Arab Saudi, Iran, Mesir, Indonesia, Malaysia, Tunisia, menyetujui dan langsung menerapkannya bagi komunitas di negara masing- masing.

Secara perlahan, komunitas muslim di seluruh dunia akan mengikuti.

-000-

Terciptanya kalender global hijriah akan menjadi perkembangan penting dunia muslim. Selama 15 abad berdiri, umat Islam saatnya memiliki kalender hijriah global yang sama.

Dunia sudah menjadi global. Tak hanya diperlukan cara berpikir global, tapi juga waktu global yang sama.

Saat itu, kita tak lagi terenyuh melihat keluarga seperti keluarga Akbar di Jawa Timur.

Di era kalender global hijriah itu nanti, siapapun, dengan kekasihnya, suaminya, istrinya, orang tuanya, anaknya, tak lagi merayakan Idul Fitri di hari yang berbeda. *