oleh

Denny JA: Science dan Trust Di Balik Pilpres 2024

Saya perlu mengutip satu riset yang dibuat oleh AROPI. Ini singkatan dari Asosiasi Riset Opini Publik. Ia adalah asosiasi lembaga survei yang pertama dan paling tua di Indonesia.

Salah satu sumbangan AROPI, di tahun 2009, ia berhasil meyakinkan MK membatalkan UU yang melarang publikasi Quick Count di hari pemungutan suara. Berkat AROPI, kini kita semua menikmati hasil Quick Count di hari itu juga, hari pencoblosan.

Kini AROPI juga mempublikasi hasil survei terbarunya, yang dibuat bulan Febuari 2024. AROPI bertanya apakah Bapak Ibu sekalian percaya atau tidak dengan lembaga survei?

Hasilnya: 75,4% publik (yang mengenal lembaga survei) percaya. Prosentase yang percaya sudah besar sekali. Tentu tetap hadir sejumlah orang yang tak percaya. Tapi 75,4% yang percaya itu tinggi sekali.

Prosentase itu juga sudah melampaui opini publik di tahun 2019. Pada Pilpres 2019, AROPI juga jmembuat survei yang sama. Juga AROPI bertanya yang sama: Bapak Ibu sekalian, apakah Bapak Ibu percaya atau tidak dengan lembaga survei?

Saat itu yang mengatakan percaya (2019) sebanyak 67,8 persen. Ini berarti dalam jangka waktu lima tahun, telah terjadi peningkatan kepercayaan kepada lembaga survei.

baca juga : Denny JA: Evaluator Kecurangan Pemilu Sebaiknya Akademisi, Jangan Politisi

Tentu ada sebab musabab dari meningkatnya trust itu. Ujungnya karena bukti akurasi. Jejak digital menunjukkan akurasi lembaga survei itu.

Tentu saja banyak lembaga survei yang abal- abal. Sangat mudah melacaknya. Cukup ketik saja di Google search untuk melihat jejak lembaga survei itu. Dengan mudah publik bisa membedakan mana lembaga survei yang kredibel dan mana yang abal- abal.

Saya sendiri sebagai pelaku acapkali terkejut dan kaget. Betapa lembaga survei bisa seakurat itu.

Saya mengalami hal ini di hari pencoblosan tanggal 14 Februari 2024. Saat itu, pencoblosan di TPS wilayah barat belum selesai. Saya lihat jam, pukul 11.30 WIB.