oleh

Denny JA: Setelah Putusan MKMK dan Efek Jokowi yang Terus Tumbuh

Kalangan terpelajar ini memang rentan berubah dipengaruhi oleh dinamika informasi dan kampanye. Apalagi soal isu apapun, selalu terjadi pro dan kontra di kalangan kaum terpelajar, yang hanya 10% jumlahnya.

Sementara kantong suara dari wong cilik, yang hanya tamat SMP ke bawah, yang penghasilannya 2 juta ke bawah, total jumlah mereka 60% dari populasi pemilih. Jumlah wong cilik enam kali lipat dibandingkan jumlah kaum terpelajar.

Cukup susah untuk menjangkau wong cilik sebanyak itu. Apalagi hanya 30 persen dari populasi pemilih ini yang suka informasi politik. Terdapat 26 persen pula yang tak memiliki Handphone.

Pada saat yang sama, efek Jokowi, approval ratingnya, juga tingkat kesukaan wong cilik pada Jokowi potensial tumbuh lebih banyak lagi.

Jokowi sudah menyatakan, selaku presiden, ia akan melanjutkan program bantuan sosial yang selama ini dilakukannya.

Yaitu BLT (Bantuan Langsung Tunai) dua kali lipat bagi kelompok miskin. Ada pula bantuan khusus Elnino. Jokowi pun akan melanjutkan program Bansos beras sampai tahun depan.

Ini program Jokowi yang mudah menembus pemilih wong cilik, yang sulit ditembus pasangan capres dan cawapres manapun untuk skala nasional.

baca juga : Denny JA: Juga Bertarung Megawati Versus Surya Paloh Versus Jokowi

Jika Jokowi semakin populer, efek jokowi paling besar jatuh ke pasangan capres dan cawapres mana?

Dapat dipastikan, pasangan Prabowo dan Gibran yang paling mendapatkan berkah dari Efek Jokowi. Pasangan inilah yang bisa dikatakan membawa branding Jokowi, yang semakin diidentikan dengan Jokowi.

Prabowo berulang- ulang menyatakan. Ia akan meneruskan program Jokowi. Sementara Gibran sendiri adalah putra kandung Jokowi.

Ketika di sebagian kalangan terpelajar menyerang Jokowi, tapi di kalangan Wong Cilik justru menyukai Jokowi. Jumlah Wong Cilik ini jauh, jauh, jauh lebih banyak. Bukankah dalam pemilu, yang dihitung adalah jumlah (kuantitas) suara, bukan kualitas pemilih? *