oleh

Denny JA: Tragedi Politik Elektoral Ganjar Pranowo

Insting Prabowo dalam berpolitik sangatlah tajam. Ia sudah mengikuti Pilpres ini lima kali ini berturut- turut. Jika kalah lagi, selesai sudah. Kondisi ini yang membuat semua potensi bawah sadarnya keluar.

Saya datang dengan data untuk memperkuat pilihan politik Prabowo. Saya katakan: “ Pak, untuk menang, teruslah terasosiasi dengan Jokowi. Suka tak suka, Jokowi sedang sangat populer. Data survei mendukung pilihan ini.”

Tapi waktu itu di bulan maret sampai juni 2023, sampai September sampai Oktober 2023, porsi Jokowi’s Effect ini terbagi antara Prabowo dan Ganjar.

Maka strategi yang jitu, kita bikin pelan-pelan pendukung Jokowi keluar dari Ganjar. Pendukung Jokowi perlahan tapi pasti harus terpisahkan dari Ganjar. Ini agar Jokowi’s effect bisa tercurahkan jauh lebih banyak ke Prabowo.

Setiap dua minggu, LSI Denny JA melakukan survei nasional untuk merekam perkembangan elektabilitas.

Pemilih yang puas pada Jokowi berkisar 75%- 80%. Di bulan Maret- Juni 2023, hanya 25% saja dari yang puas pada Jokowi ini lari ke Prabowo. Tapi pelan-pelan di bulan Februari 2024, sudah menanjak 60% dari yang puas pada Jokowi pergi ke prabowo.

Mengapa? Blunder serangan kubu Ganjar kepada Jokowi justru mempercepat dan memperbanyak eksodus, migrasi pemilih Jokowi dari Ganjar pindah ke Prabowo.

baca juga : Denny JA: Akan Baik Baik Saja, Ujung Isu Pemilu Curang, Hak Angket dan Koalisi Baru

itulah variabel utama yang menjelaskan mengapa Prabowo menang? Mengapa Anies kalah? Mengapa Ganjar kalah? Tentu banyak variabel lain yang juga berkerja. Namun variabel utama itu yang dominan dan sederhana untuk dipahami.

Kembali kita teringat Bobby Fisher, seorang pecatur terhebat sepanjang sejarah soal strategi. Saya kemas kutipan Fisher itu untuk marketing politik.

Jika strategi makronya salah, maka semua detail langkah lainnya, walaupun bagus, tapi jika ia ada dalam strategi makro yang salah, maka ujungnya hanyalah kekalahan.

Pilpres 2024 akan dikenang salah satunya sebagai contoh terjadinya Tragedi Politik Elektoral yang menimpa Ganjar Pranowo.*