oleh

Gubernur Sulsel Jadi Narasumber Business Ghatering Bank Indonesia

Pembangunan ini membawa dampak positif karena akan menyerap tenaga kerja. Didukung dengan situasi yang terjaga, dapat membuat pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih cepat, sehingga masyarakat Sulsel lebih sejahtera.

Adapun perkembangan makro ekonomi daerah berdasarkan laporan Bank Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan II 2020 melanjutkan deselerasi, tercatat tumbuh -3,9% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% (yoy). Penyebaran pandemi Covid-19 merupakan faktor utama yang menyebabkan kontraksi
pertumbuhan.

Pelaksanaan PSBB dan penutupan penerbangan sebagai upaya menekan laju penyebaran pandemi menurunkan aktivitas konsumsi domestik serta berdampak pada pendapatan yang lebih terbatas, sejalan dengan unpaid leave dan PHK. Konsumsi pemerintah menurun akibat terbatasnya ruang belanja sejalan dengan eksekusi belanja yang belum optimal.

Investor yang cenderung wait and see menahan kinerja investasi. Perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja ekspor luar negeri sejalan dengan LU pertambangan yang tumbuh meningkat.

baca juga : Gubernur Sulsel Minta Kapal Ro Ro Selayar Diselesaikan

Perekonomian Sulawesi Selatan pada Triwulan III 2020 diperkirakan tumbuh meningkat. Perkiraan peningkatan konsumsi sejalan dengan dibukanya pusat perbelanjaan, toko ritel, dan destinasi wisata diperkirakan meningkatkan kinerja LU perdagangan dan akmamin. Kondisi tersebut juga menciptakan multiplier effect pada LU industri pengolahan. Sementara itu, kinerja LU pertanian lebih terbatas sejalan dengan telah berlalunya musim panen.

Untuk keuangan pemerintah, realisasi belanja APBD lingkup se-Provinsi Sulawesi Selatan pada Triwulan II 2020 tercatat mencapai Rp12,94 triliun atau 29,14% dari pagu anggaran sebesar Rp44,42 triliun. Secara persentase, realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang realisasinya sebesar 26,75%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional (pangsa 73,9%) dan belanja transfer (pangsa 22,8%). Sementara, realisasi belanja modal mencapai Rp872,7 miliar (pangsa 3,3%). Pada triwulan pelaporan, terdapat realisasi belanja tidak terduga untuk penanganan COVID-19 sebesar Rp 475,2 miliar.