oleh

Kaum Milenial Belajarlah dari ALDERA

Oleh :
AKBAR HADI
(Ketua Harian KNPI Makassar / Ketua Umum MPII Sulsel)

ALDERA (Aliansi Demokrasi Rakyat) sebuah buku yang sepekan terakhir ramai diperbincangkan di Sulawesi Selatan, terutama kalangan aktivis di era 1998 atau pra reformasi dan juga para aktivis milenial saat ini.

Buku berisi catatan sejarah pergerakan politik pemuda pada 1993-1999 itu merupakan karya Dr. Pius Lustrilanang, saat ini Anggota BPK RI. Secara khusus buku tersebut dibedah di Makassar oleh sejumlah guru besar, dosen, tokoh aktivis, tokoh pers dan mahasiswa yang diinisiasi oleh Ketua Yayasan Anak Rakyat (YARI) yang juga Ketua IKA Unhas Makassar sekaligus Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lallo.

Bertempat di Mahoni Hall Hotel Claro Makassar, Jumat 11 November 2022. Terkuak dalam buku Aldera rentetan peristiwa pergerakan untuk menggulingkan rezim Presiden Soeharto pada waktu itu, yang dinilai mengekang demokrasi. Pengorganisasian massa, pendampingan masyarakat hingga kekerasan dan penculikan aktivis diulas secara rinci dan menarik oleh Pius Lustrilanang.

Dikisahkan, pada 1993 Aldera lahir dari kesadaran dan kecintaan terhadap negara. Keyakinannya adalah menggerakkan reformasi tidak cukup dengan gerakan moral tapi harus dibarengi dengan gerakan politik yang fokus dan serius.

Pius pun memotori berkumpulnya para aktivis dari kantong-kantong gerakan yang ada di Jakarta, Bogor, Bandung, Garut, Cianjur dan Tasikmalaya untuk menggorganisir gerakan perlawanan rakyat secara massif, sistematis dan terstruktur.

Meski paham dengan resiko dari sebuah perlawanan adalah ancaman kekerasan bahkan kematian, Pius dan kawan-kawan tak bergeming. Program “provokasi” rakyat terus digalakkan, mulai dari advokasi rakyat kecil buruh tani, hingga pencerahan untuk membangkitkan kesadaran kaum mahasiswa dan pemuda agar memperjuangkan reformasi.

Hasilpun tak menghianati usaha. Pada 21 Mei 1998, Soeharto jatuh. Ia secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia. Dan ini sebagai penanda lahirnya sistem pemerintahan baru di Indonesia yakni Reformasi.

Pius dan Aldera ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Tinta emas sejarah telah mencatat perannya. Ia penumpang ‘asli’ gerakan reformasi yang pernah berjibaku dengan aparat rezim bahkan sempat diculik selama delapan minggu.

Ada pesan penting yang tersirat maupun tersurat dalam sepenggal kisah heroik Pius dan kawan-kawan di buku Aldera. Aldera mengajarkan keberanian, kesabaran dan kedisiplinan untuk mencapai tujuan demi maslahat yang lebih besar bagi kelangsungan negara ini.

Aldera juga memberi pesan, pentingnya solidaritas sosial dan moral yang mana di era milenial ini mulai perlahan terkikis akibat perkembangan teknologi.

Hal tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama segenap masyarakat. Kaum milenial harus dicerahkan agar kritis dalam melihat segala hal yang terjadi di negeri ini.

Kewaspadaan harus tetap ada, karena selalu saja ada pihak yang cenderung menerapkan pola lama dalam mempertahankan kekuasaan seperti sebelum reformasi.

Demokrasi adalah alat sekaligus tujuan dari perjuangan reformasi. Oleh sebab itu menjadi tanggung jawab seluruh rakyat apapun profesinya dan dimanapun berada untuk menjaga demokrasi.