oleh

KOKAM Simbol Perlawanan Muhammadiyah Terhadap Gerakan PKI

Alhasil KOKAM dan ABRI menjalin kerjasama dan bahu membahu menumpas PKI, di Jawa Tengah. KOKAM dilatih oleh RPKAD (sekarang KOPASSUS) dan KOKAM di kukuhkan sebagai organisasi paramiliter pertama oleh komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhi Wibowo sehingga seluruh pernak pernik seragam kokam mulai dari seragam PDL dan baret sama dengan seragam pasukan khusus RPKAD bahkan dalam operasi penumpasan PKI, KOKAM dipinjamkan senjata dan granat oleh RPKAD dimana Subagyo HS yang kelak menjadi KASAD juga tercatat sebagai perwira yang pernah menggembleng KOKAM dalam operasi tempur.

Di akhir operasi penumpasan dan pembersihan tokoh-tokoh PKI, Kolonel Sarwo Edhi menyerahkan secara resmi pataka dan sertifikat sebagai pasukan penumpas gerakan PKI di mabes hankam kala itu.

KOKAM tidak hanya di Jawa tapi ada di hampir seluruh Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan yang di pimpin oleh almarhum ustadz Abdul Kadir Sarro, bahkan KOKAM Sulawesi Selatan termasuk sangat aktif bekerjasama dengan ABRI dalam upaya penumpasan PKI, salah seorang senior KOKAM yang aktif dalam pengganyangan PKI di kota Makassar adalah ustadz DR. KH. Alwiuddin mantan ketua pimpinan wilayah Muhammadiyah Sulsel, markas KOKAM saat itu bertempat di kediaman almarhum Fahruddin Karaeng Romo di Jalan Bajiminasa No. 5A.

Beliau salah satu senior Hizbul Wathan yang juga sempat menjadi tentara bersama almarhum Kolonel Yasin Limpo, istri Fahruddin almarhumah ibunda Bansuhari adalah tokoh pergerakan perempuan di masanya yang juga pernah menjadi pimpinan wilayah Aisyiah Sulawesi Selatan.

baca juga : 23 Februari 1923 : KH Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah Meninggal Dunia

Pada saat operasi pembersihan tokoh-tokoh PKI di wilayah Enrekang, Tana Toraja pasukan ABRI dipimpin oleh almarhum Kolonel Yasin Limpo salah seorang kader senior Hizbul Wathan mengikut sertakan 70 orang pasukan KOKAM yang dipimpin oleh Allahyarham Abdul Kadir Sarro, setiba di Makale ibu kota Tana Toraja setelah beristirahat pasukan baik tentara maupun KOKAM diperintahkan pak Yasin Limpo untuk memanjat gunung yang berada dipinggir kota Makale dan menanam pepohonan (penghijauan) diatas gunung tersebut.

Kemudian pak Yasin Limpo memberi nama gunung tersebut dengan nama Gunung KOKAM. Nama tersebut resmi diganti dengan nama gunung Bunda Maria atau bukit Buntu Burake’ yang saat ini diatas gunung Buntu Burake’ ini berdiri patung Yesus yang di sulap menjadi taman wisata religi bagi warga Toraja.

baca juga : Walikota Danny Di Daulat Ketua Dewan Kehormatan Kokam Muhammadiyah

Demikian sejarah KOKAM dengan segenap dinamikanya, seyogyanya KOKAM semakin eksis dan semakin membumi dengan satu kata kunci kokam harus mandiri baik dari sisi struktural dengan tidak lagi menjadi sub dari pemuda Muhammadiyah atau dengan kata lain tentara Muhammadiyah ini sudah saatnya berdiri sendiri dibawah Muhammadiyah dengan menjadi organisasi otonom.

KOKAM punya ciri khas baik dari sisi perekrutan, pengkaderan maupun dari sisi pemanfaatan potensinya, jangan lagi pertimbangan budget dan anggaran yang dijadikan alasan untuk menolak KOKAM menjadi ortom seperti alasan yang dikemukakan pada saat kami menyerahkan draft rancangan PD/PRT KOKAM pada arena Muktamar Muhammadiyah di Makassar.

SELAMAT MILAD KOKAM YANG KE 57
MENCERAHKAN MASA DEPAN MENGGERAKKAN KEMANUSIAAN

Penulis adalah mantan komandan KOKAM Sulawesi Selatan, alumni diklat KOKAM PP PM di Pusdiklat Marinir TNI AL Anyer Banten, salah satu penanggungjawab pengamanan Muktamar Muhammadiyah Makassar.

(Muh. Ikbal S. Ag, SH. MH)