oleh

Takdir dan Keajaiban Politik Anwar Ibrahim

Kumpulan Puisi Esai Indonesia- Malaysia Denny JA

koranmakassarnews.com — Menyambut Festival Puisi Esai ASEAN Indonesia yang kedua di Malaysia, 16-18 Juni 2023, 20 penyair Malaysia dan Indonesia mengekspresikan pandangan mereka soal Anwar Ibrahim ke dalam puisi esai.

Tokoh ini, Anwar Ibrahim, dipenjara dua kali (1998-2004) dan (2015-2018), dipecat dari partai lamanya UMNO, dikhianati guru politiknya, Mahathir Mohamad, lalu berjuang memimpin oposisi sejak dalam penjara, mendirikan partainya sendiri, akhirnya terpilih menjadi Perdana Menteri tertua yang pertama kali menjabat, di usia 75 tahun.

Mahathir memang pernah menjadi Perdana Menteri di tahun 2018, di usia sangat tua 93 tahun. Tapi itu bukan jabatan Perdana Menteri pertamanya. Mahathir sudah menjadi Perdana Menteri di tahun 1981, di usia 56 tahun.

Kisah Anwar Ibrahim adalah drama soal takdir dan keajaiban politik. Kisah perjuangannya, persahabatan, kerja sama dan perseteruannya dengan Mahathir Mohamad, dari 1982- hingga kini, 2023, menjadi sebuah film panjang yang berkelok- kelok.

-000-

Mengingat kisah Anwar Ibrahim, saya teringat peristiwa di tahun 2016, tujuh tahun lalu. Saya pernah menuliskan kisah ini. Tulisan itu saya ulang kembali.

Di bulan Febuari 2016, saya diundang ke Malaysia untuk bertemu dengan Menteri Besar (sejenis Gubernur) Selangor: Mohamed Azmin Ali. Pesannya sederhana. Bagaimana caranya mengalahkan koalisi partai Barisan Nasional yang sudah bercokol berkuasa di Malaysia, tak pernah terkalahkan dalam pemilu.

“Kami sudah mempertimbangkan banyak konsultan politik, termasuk dari Amerika Serikat. Tapi kami merasa konsultan politik dari Indonesia lebih mengerti budaya Malaysia.

Apalagi, ujar mereka, kami membaca berita pak Denny JA sukses ikut memenangkan 3 kali pemilu presiden (saat itu), di Indonesia. Sungguh kami ingin mendapatkan pencerahan.”

Di ruangan itu, saya berdiskusi dengan Mohamed Azmin. Saya ditemani Adjie Farabie dan Ade Mulyana dari LSI. Azmin ditemani oleh team ahlinya.

Azmen mengkisahkan problem yang ia alami. Ia dianggap bintang oposisi. Ia masih muda, cerdas, tampan, dan kini menjadi pemimpin tertinggi di wilayah besar Malaysia: Selangor.

Tapi posisinya sedang sulit. Ia diajak masuk kedalam pemerintahan oleh Mahathir Mohammad. Mahathir sendiri yang meminta Azmin bekerja dengan Anwar Ibrahim.

“Dua tokoh itu: Mahathir dan Anwar adalah guru saya.” Sungguh itu hal paling sulit dalam hidup saya ketika dua guru itu bersiteru. Anwar bahkan dipenjarakan oleh Mahathir.

Saya harus memilih. Saya memilih bergabung dengan Anwar Ibrahim. Saya masuk ke dalam partai yang didirikan Anwar Ibrahim: PKR (Partai Keadilan Rakyat).

Tapi datang soal kedua. Saya berhadapan dengan istri dan putri Anwar Ibrahim sendiri jika saya terlalu maju memimpin partai, apalagi jika menjadi pimpinan partai nomor satu.

Kini Mahathir aktif kembali di dunia politik. Bagaimana pak Denny melihat ini semua? Apa yang terbaik saya lakukan Pertemuan berlangsung sekitar 2 jam.

Pesan saya waktu itu ada tiga. Pertama, demi tumbuhnya demokrasi, Malaysia harus pernah mengalami pergantian kekuasaan. Barisan Nasional harus pernah dikalahkan, dan partai lain harus pernah pula merasakan kekuasaan. Tak ada demoktasi yang matang sebelum ia pernah mengalami pergantian kekuasaan.

Bahkan dalam satu teori demokrasi, ada variabel “Government Turn Over.” Itu test bagi demokrasi sebuah negara. Ia harus pernah mengalami kekuasaan yang berpindah sehingga semua kelembagaan menjadi fleksibel dan tetap stabil walau partai berbeda yang berkuasa.

Kedua, tak ada yang mustahil dalam politik. Apapun dapat terjadi dalam politik sejauh masih sesuai dengan hukum besi politik. Karena pemilu yang harus menjadi medium pergantian kekuasaan, dan rakyat banyak yang menentukan, rakyat sejak sekarang harus dikondisikan merasa perlu adanya pergantian kekuasaan.

Opini harus terus diciptakan. Harus ada kelemahan Barisan Nasional yang kasat mata atau dibuat kasat mata. Kelemahan itu harus terus disebar hingga rakyat berkata: Aha! Barisan Nasional harus dikalahkan. Kita harus bersatu mengalahkannya.

Ketiga, Barisan Nasional itu raksasa dalam politik Malaysia. Raksasa hanya bisa dikalahkan oleh Raksasa yang lebih kuat. Oposisi harus bersatu. Cari semua cara agar Mahathir dan Anwar bersatu kembali.

Cari titik tengah. Hanya teks kitab suci yang tak dapat bisa ditulis ulang. Tapi tujuan politik selalu bisa dicari formula sehingga kepentingan Mahathir dan Anwar terakomodasi.

Apa daya di kalangan oposisi, hanya mereka berdua yang paling kuat: Mahathir dan Anwar. Mereka harus dicarikan formula agar bersedia kerja sama.

Apa mungkin? Tanya Mohamed Azmen. “Saya dekat dengan keduanya. Tapi perseteruan pribadi Mahathir dan Anwar sudah begitu dalam, hingga merasuk kepada pengikutnya masing masing. Semua merasa yang satu menghianati yang lain.”

Kembali saya jawab. Itu resepnya. Bagus jika pak Azmen sendiri yang merekatkan mereka kembali. Jika pak Azmen merasa kurang mampu, cari yang mampu.