oleh

YIM Bersama Kemdikbudristek Gelar Pelatihan Disiplin Positif Untuk Guru Melalui Program Organisasi Penggerak

BONE, koranmakassarnews.com — Yayasan Indonesia Mengabdi sebagai salah satu mitra pelaksana program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Program Organisasi Penggerak (POP). Program organisasi penggerak merupakan salah satu terobosan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dimana memberikan kesempatan kepada organisasi masyarakat yang memiliki praktik baik terkait pengembangan kualitas Pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan data Simfoni PPA 2022, terdapat 541 kasus kekerasan yang terjadi di sekolah. Kasus kekerasan tersebut tentunya berpotensi berdampak negatif pada siswa baik itu pada dari fisik dan mental siswa. Data tersebut juga menunjukkan bahwa guru merupakan salah satu pihak yang melakukan kekerasan pada siswa.

Padahal, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yakni Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Namun, pada kenyataannya, kekerasan di sekolah masih terjadi dan berpotensi akan terus terjadi jika tidak ditangani dengan baik dan segera.

baca juga : Taruna Ikrar Kembali Dikukuhkan Jadi Guru Besar Tetap Farmakologi SK Mendikbud Ristek di Universitas Malahayati

Salah satu strategi yang ditawarkan oleh Yayasan Indonesia Mengabdi untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan di sekolah melalui pelatihan disipilin positif untuk guru. Pelatihan ini diikuti oleh 150 guru SMP yang berasal dari 5 sekolah di kabupaten Bone selama 2 hari minggu-senin (30-31/10/22) kemarin.

Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua setelah melaksanakan pelatihan yang serupa di bulan sebelumnya di 5 Sekolah lainnya. Maka dari itu, jumlah penerima manfaat dari pelatihan disiplin positif ini di Kabupaten Bone sebesar 300 guru.

“Melalui pelatihan ini, kami menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan kepada siswa kami tentunya tidak sesuai dengan prinsip disiplin positif, karena terkadang masih mengandung unsur kekerasan baik itu kekerasan fisik, verbal, ataupun emosional”, tegas dari salah satu peserta pelatihan.

Dr. Bernard, M.S. selaku penanggung jawab program menjelaskan bahwa pelatihan disiplin positif ini akan memberikan referensi kepada guru bahwa terdapat banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendisiplinkan siswa selain menggunakan kekerasan, dan hal tersebut tentunya harus sesuai dengan prinsip-prinsip disiplin positif. (*)