oleh

Denny JA: Mengapa Quick Count Satu Putaran Saja Layak Dipercaya

Juga kita tahu ada pemimpin dari lembaga survei SMRC: Saiful Mujani. Ia juga aktivis demokrasi, dan menganjurkan untuk memakzulkan Jokowi.

Dengan sendirinya, Saiful bukanlah penggemar Prabowo Gibran. Bahkan jika bisa, ia ingin Prabowo Gibran tidak terpilih.

Juga ada LSI Denny JA. Lembaga ini memang sudah mengabarkan Prabowo Gibran akan menang satu putaran saja, enam hari sebelum hari pencoblosan.

Beragam sekali lembaga survei dengan berbagai kepentingan di sana. Mereka tidak satu suara mengenai siapa capres- cawapres yang ideal, menurut mereka yang seharusnya terpilih.

Tapi kemudian kita lihat hasil quick count semua lembaga survei itu sama, baik Kompas, CSIS, dan lainnya.

Kompas mengumumkan yang menang Prabowo dengan Gibran dengan angka 58,60%. CSIS juga sama, mengumumkan Prabowo Gibran juga menang 58,22%.

Sama juga dengan SMRC. Walau pemimpinnya usulkan untuk memakzulkan Jokowi, lembaga ini pun menyatakan Prabowo yang menang 58,38%.

Pun juga dengan Carta politika yang digunakan oleh tim Ganjar. Mereka mengabarkan hal yang sama: Prabowo- Gibran menang 57%.

Tentu saja, apalagi LSI Denny JA. Lembaga ini sudah mengumumkan yang menang memang Prabowo. Data yang masuk sudah 100%. Elektabilitas Prabowo- Gibran: 58,47%.

Apapun latar pilihan politik. Dari manapun sumber dana. Sekali temuan ilmiah bicara, temuan ilmiah itu mengalahkan hal lain. Inilah sikap sejati seorang peneliti.

Alasan ketiga soal rekam jejak di pilpres sebelumnya. Penyelenggara quick count hari in i sama dengan di 2019 dan terbukti semuanya akurat.

CNN memberitakan: quick count pilpres tak meleset dari hitung resmi KPU untuk kasus Pilpres 2019. Juga di berita ANTARA: quick count LSI Denny JA di pilpres 2019 dianggap paling presisi karena selisih quick count saat itu dengan pilpres versi KPU hanya 0,12% saja.

Dan yang keempat, yang juga paling penting, lembaga quick count ini dengan KPU fungsinya memang saling mengontrol. Pada awalnya quick count ini dibuat untuk mengontrol KPU di negara itu.

baca juga : Denny JA: Kemenangan Prabowo Gibran dan Kemenangan Tiga Gagasan

Yang pertama kita kenal di Filipina tahun 1986. NAMFREL. Ini Civil Society di sana bekerja sama dengan NDI National Democratic Institute yang datang dari Amerika Serikat.

Merekalah yang pertama-tama merumuskan quick count. Tujuannya untuk mengontrol lembaga resmi pemerintah yang menghitung suara agar tidak disalahgunakan.

Lalu masyarakat memiliki sendiri cara menghitung cepatnya, dengan metodologi yang sangat-sangatlah valid. Quick count kemudian meluas ke banyak negara demokrasi yang baru tumbuh.

Dengan empat alasan ini, Quick Count yang kredibel, yang menyatakan Prabowo- Gibran menang putaran saja memang layak dipercaya. *