oleh

LSI Denny JA : Jika Anies Gagal Raih Tiket Capres, Head to Head Prabowo Versus Ganjar

Jauh lebih besar kemungkinan semua partai Koalisi Perubahan: Nasdem, PKS, dan demokrat, bergabung dengan Prabowo.

Bagian 4: Bursa Cawapres jika hanya All the President’s Man : Prabowo vs Ganjar

Jika Anies gagal mendapatkan tiket capres, maka capres 2024 hanya diikuti oleh calon presiden dari dua partai besar saja. Ganjar Pranowo dari PDIP versus Prabowo Subianto dari Gerindra. Tapi bagaimana dengan partai besar lainnya: Partai Golkar? Jika Anies gagal mendapatkan tiket capres dari koalisi perubahan, kartu Golkar justru lebih hidup.

Golkar dapat membuat Anies memperoleh tiket capres cukup dengan berkoalisi dengan salah satu partai apa saja, di luar PPP, agar mendapatkan tiket minimum 20 persen kursi DPR.

Golkar justru akan memiliki daya tawar (bargaining) lebih kuat lagi. Golkar dapat menggertak. Jika Airlangga Hartarto (AH) tak menjadi cawapres terpilih (oleh Ganjar atau Prabowo), Golkar bersama partai lain dapat menghidupkan kembali tiket capres Anies Baswedan.

Ketgam : Menko Ekonomi Airlangga Hartarto

 

Tapi tentu itu bergantung pula pada kenekatan Airlangga Hartarto. Ia akan berhitung apa yang akan menimpa dirinya dan Golkar jika berani mencalonkan Anies sebagai capres. Airlangga akan berkaca dari apa yang dialami Surya Paloh.

Jika Anies tak dapat tiket capres, tidak juga dari Golkar, maka bursa cawapres bertambah. Peringkat pertama cawapres mengerucut kepada Anies Baswedan vs Airlangga Hartarto. Masing- masing memiliki kekuatan dan kelemahannya.

Anies bisa menambah elektabilitas capres, berbeda dengan cawapres lain. Tapi Anies tidak membawa partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat. Ditambah lagi, sosok Anies dapat menjadi ancaman bagi sang Capres. Anies bisa menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nanti.

baca juga : Segera Rilis Aplikasi Memilih, IMO Indonesia ; Seluruh Capres Putra Terbaik Bangsa !

Sebaliknya, Airlangga Hartarto memang tidak menambah elektabilitas Capres secara langsung melalui personal diri Airlangga sendiri. Tapi Airlangga bisa mempengaruhi elektabilitas Capres secara tidak langsung. Itu karena Airlangga membawa mesin partai besar, sumber dana, pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi.

Diluar Anies dalam bursa cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, Airlangga Hartarto tetap peroleh indeks cawapres tertinggi. Index cawapres ini merupakan variabel yang menjadi pertimbangan penentuan cawapres. Variable ini antara lain: elektabilitas, ketua umum partai(tiket), tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.

Airlangga Hartarto unggul karena ada tiga variabel yang ia miliki: ketua umum partai, pengalamanan pemerintahan, dan jaringan sumber dana. Sedangkan Cawapres lain hanya memiliki dua atau satu variabel saja: Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Mahfud MD dan Khofifah.

Sebagai penutup, belum tentu upaya menggagalkan Anies baswedan sebagai capres 2024 berhasil. Hasil tekanan politik dan hukum justru dapat memberikan militansi tambahan bagi koalisi perubahan. Semakin ditekan justru semakin hidup. Bakan Koalisi Perubahan dapat memainkan kartu “diperlakukan tak adil,” atau “dizalimi.” Ini untuk mendapatkan simpati ekstra dari pemilih.

Namun jika benar akhirnya Anies Baswedan tak dapat tiket capres 2024, maka pilpres akan selesai lebih cepat. Ini akan menjadi pilpres tanpa putaran kedua. (*)