oleh

LSI Denny JA: Tiga Perkembangan Baru Pilpres di Ujung Tahun 2023, Yang Berjaya dan yang Tersingkir

-000-

Bagian 3 : Mengapa 3 Perkembangan Baru itu Terjadi?

Mengapa Prabowo-Gibran stabil menanjak ke angka minimal 40%? Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendukung tersebut.

Pertama, popularitas Prabowo tinggi, kesukaan atasnya menaik. Popularitas Prabowo berada dalam titik optimum.

Di survei akhir November 2023, popularitas Prabowo menyentuh angka 99.2%. Tingginya popularitas diiringi juga dengan angka kesukaan yang tinggi. Dalam survei di November dan Desember angka kesukaan Prabowo lebih dari 80%. Istilah Gemoy ikut membuat Prabowo semakin disukai.

Kedua, Gibran semakin populer dan semakin disukai. Popularitas Gibran saat ini mencapai lebih dari 90%. Angka kesukaan terhadap Gibran juga stabil diatas 75%.

Dari hasil FGD yang dilakukan LSI Denny JA, terdapat kesimpulan: penampilan mengesankan Gibran di debat cawapres semakin memperkokoh ketokohan Gibran.

Ketiga, eksodus pemilih yang puas Jokowi ke Prabowo-Gibran. Pada bulan Mei 2023, pemilih puas Jokowi yang memilih Prabowo sebesar 30%. Pada bulan November hingga Desember pemilih puas Jokowi yang memilih Prabowo-Gibran di atas 40%. Di akhir Desember pemilih puas Jokowi yang memilih Prabowo-Gibran sebesar 47.7%.

Mengapa Ganjar-Mahfud merosot stabil ke bawah 27%?

baca juga : Denny JA: Debat Capres dan Bias Pemilih

Pertama, Blunder menyerang mata air dukungannya sendiri yaitu Jokowi. Terekam dalam survei LSI Denny JA perginya yang puas Jokowi dari Ganjar-Mahfud. Di Bulan Mei pemilih puas Jokowi yang memilih Ganjar masih berada di angka 42.7%.

Namun sekarang di Akhir Desember 2023 pemilih yang puas Jokowi yang mendukung Ganjar-Mahfud sebesar 26.4%.

Kedua, plin-plan soal Jokowi. Periode Maret-September 2023 yang terasa dan muncul di pemberitaan adalah sikap positif terhadap Jokowi. Memasuki Oktober sampai November terasa ada perubahan narasi menjadi negatif dan menyerang Jokowi. Desember narasi yang berkembang positif kembali kepada Jokowi.

Contoh narasi yang beredar di media misalnya: pemberitaan tanggal 28 Mei 2023. Di pemberitaan tersebut dalam judulnya dinyatakan “Ganjar: Presiden Jokowi adalah mentor saya”. Ini merupakan narasi positif terhadap Jokowi.

Pada November 2023, muncul aneka kritik PDIP kepada Jokowi. Mulai dari pemberitaan dengan judul “Ganjar Kritik Kebijakan Maritim Jokowi 10 Tahun Mandek: Enggak Niat”. Juga Jokowi dianggap Neo-Orde Baru. Ini adalah bentuk narasi menyerang Jokowi.

Namun Pada tanggal 3 Desember 2023, muncul kembali pemberitaan dengan judul “Kepada Jokowi, Ganjar: Terima kasih sudah membantu saya Banyak.” Juga pernyataan dari kubu Ganjar, bahwa Ganjar adalah Jokowi 3.0. Narasi yang dikembangkan pada bulan Desember kembali positif kembali terhadap Jokowi.

Ketiga, slogan baru Ganjar-Mahfud: “Gerak Cepat Indonesia Unggul” belum memberikan efek elektoral.

Mengapa Anes-Muhaimin terus menaik dan kini melampaui Ganjar-Mahfud?

Pertama, semakin tegas mengambil sikap oposisi dan perubahan. Sikap oposisi ini tercermin dalam misalnya tak setuju pindah ibukota ke Kalimantan.

Kedua, yang tak puas Jokowi, semakin banyak pindah ke Anies-Muhaimin. Pemilih yang tidak puas terhadap Jokowi paling besar pilihan capres nya adalah Anies-Muhaimin. Pemilih yang tak puas terhadap Jokowi yang memilih Anies-Muhaimin stabil diangka 40% lebih. Bahkan pada akhir November 2023, pemilih yang tak puas Jokowi yang memilih Anies-Muhaimin pernah melebihi 50%, tepatnya 56.8%.

Ketiga, limpahan suara yang eksodus dari Ganjar-Mahfud. Suara Ganjar yang eksodus, 35% ke Anies-Muhaimin.