oleh

Puasa dan Rekonstruksi Berfikir

koranmakassarnews.com — Membahas puasa seperti mengambil air dilautan , hikmahnya tak berkesudahan karena kegiatan puasa ini adalah ibadah tertua manusia dalam mencapai kedekatan dengan Sang Maha pencipta , sejak dulu hingga Islam datang ibadah puasa menjadi kewajiban bagi ummat beriman, dalam Q.S 2; 183 di sebutkan ” Hai Orang orang beriman diwajibkan kepadamu untuk berpuasa sebagaimana di wajibkan kepada orang orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Dalam ayat diatas ditegaskan beberapa hal , yang pertama kewajiban berpuasa bagi orang yang beriman , poinnya adalah bagi orang beriman , Karena di Hadist lain ditegaskan ” sungguh banyak orang yang berpuasa diantara kalian hanya merasakan haus dan lapar semata ” kenapa ada hadist menjelaskan demikian karena memang kewajiban puasa itu hanya di tekankan kepada hamba hamba-Nya yang beriman bagi orang orang yang tidak beriman akan sulit menjalankan kewajiban puasa itu bahkan mereka akan tersiksa dengan puasa yang di lakukannya

Itulah mengapa ada hadist Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan orang berpuasa tapi hanya mendapatkan haus dan lapar , poin kedua adalah kewajiban puasa itu adalah perintah atau kewajiban yang sudah dibebankan kepada orang orang sebelum kita ( sebelum agama Islam datang ) artinya adalah bahwa ritual puasa adalah sarana ibadah kepada Allah SWT yang sudah turun temurun di wajibkan kepada manusia , dalam banyak aspek puasa memang memberikan kesehatan fisik dan mental bagi yang melakukannya.

Poin ketiga adalah orang berpuasa di harapkan dapat mencapai predikat yang di buruh oleh seluruh insan manusia yaitu predikat Taqwa kepada Allah SWT , dalam bahasa Al-Qur’an disebutkan ” Semoga kalian mencapai Taqwa ” dalam kalimat ini ada dua hal harus yang di perhatikan pertama kata laallakum ( semoga ) artinya ada tahapan atau road map yang harus di lalui untuk mencapai Taqwa itu selain hanya menahan lapar dan haus saja.

Ustads Adi Hidayat menjelaskan bahwa Laallakum itu mengadung makna usaha yang sungguh sungguh , apa usaha yang sungguh sungguh itu untuk mencapai Taqwa , ustadz Adi Hidayat menegaskan pada tiga hal , yaitu pertama , memperbaiki Sholat , sholat wajib dan sholat rawatib serta sholat sholat sunnat Muakkad lainya , kalau di luar bulan Romadhon sholat kita hanya sholat wajib saja , maka dibulan Romadhan sholat sholat sunnat harus ditingkatkan mulai dari 12 sholat rawatib , sholat Dhuha , sholat tarawih dan sholat tahajud , itu semua harus dilakukan setiap hari untuk mengejar predikat Taqwa dimaksud.

Kalau itu tidak atau belum di lakukan maka puasa kita hanyalah puasa orang awam atau puasa orang pada umumnya , kemungkinan usaha mencapai derajat taqwa itu sangat lah sulit . Usaha yang kedua adalah membaca Alqur’an dengan sungguh sungguh , khusuk dan penuh pendalaman , bulan Romadhan adalah bulan di turunkannya Al-Qur’an maka seyogyanya ummat Islam yang sedang berpuasa dan mengejar predikat Taqwa membaca Alqur’an sesering mungkin kalau perlu tamat satu Alqur’an atau bahkan tamat berkali kali demi memperlihatkan kesungguhan kita mencapai Taqwa tadi.

Poin berikutnya kata Ustadz Adi Hidayat adalah perbanyak shadaqah dan Infaq , dalam satu riwayat di jelaskan ” seorang sahabat berkata , saya tidak pernah melihat Rasulullah bersedekah sedahsyat di bulan Ramadhan ” artinya bahwa Rasulullah SAW sangat memanfaatkan momentum bulan suci Romadhan untuk bersedekah dan berinfaq . Ketiga hal diatas adalah cara berpuasa yang berorientasi untuk mencapai taqwa dan terhindar dari sindiran Rasulullah SAW tentang banyaknya orang yang berpuasa tapi hanya mendapatkan haus dan lapar saja.

Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kekuatan untuk berpuasa semaksimal mungkin demi mencapai derajat Taqwa di hadapan Allah SWT , karena kapan derajat Taqwa kita sudah capai maka secara otomatis Allah SWT akan mengundang kita masuk kedalam surganya sebagaimana di tegaskan dalam Al-Qur’an Alfajar ayat 30 ” Hai jiwa jiwa yang tenang ( taqwa ) masuklah kamu kedalam orang orang yang di Ridhai olehNYA dan masuklah kamu kedalam Surga “.

Dengan demikian Puasa telah merekonstruksi pemikiran Insan ( ummat Islam ) kepada hal hal yang positif dan terbaik untuk hidupnya , puasa yang menargetkan taqwa butuh ikhtiar yang kuat dari ummat Islam sehingga dengan demikian merekonstruksi pemikiran menjadi orang orang yang mempersiapkan Taqwa adalah sebuah keharusan demi mendekatkan diri pada Sang Maha pencipta Allah SWT .

Refleksi Romadhan ke-14 1443 H
Penulis : Muhammad Askar, SKM
Sekretaris Majelis Ekonomi Muhammadiyah Kota Makassar