oleh

Cerita Armin Mustamin Toputiri Tentang Sosok Haris Yasin Limpo

Pak Nyanyang, tak lupa berbagi cerita selama menjadi WBP, Warga Binaan Pemasyarakatan. Berkat nama besarnya, banyak fasilitas khusus menghampirinya. Tapi semuanya, ia tampik. Dalihnya sederhana, “saya tak mau menciptakan rasa cemburu penghuni lain”, ujarnya. “Saya coba jalani saja, apa adanya. Mumpung, sekamar saya alumnus pesantren, menjelaskan saya, di sini tak ada bedanya suasana di pesantren”, lanjutnya bernada canda.

Pertemuan kami, diizinkan hanya 15 menit saja. Dan, oleh Pak Nyanyang menghantar kami pada perbincangan seolah tak ada masalah pelit ia hadapi. Sekian pertanyaan yang sejak mula berkelindang di benak saya, enggan saya tanyakan. Meski, kelak dijawab cara tak langsung.

Tiba waktu berpamit pulang — memberi kesempatan giliran pengunjung lain – cara bergilir kami berpeluk cipika-cipiki. Rasa haru tak kuasa dibendung. Tapi Pak Nyanyang meminta sahabat perempuan. “Sapu-ki air mata-ta. Agar tangisan-ta, tak mengganggu mental saya untuk kuat menghadapi ujian ini”.

Terngiang kalimat terakhir ia ucapkan. “Doakan saya, agar baik-baik saja. Jangan-ki ragu, ijinkan saya menjalani semua ini untuk membuktikan kelak, apakah saya berbuat seperti dituduhkan, ataukah tidak”.

Selamat berjuang sahabat. Kami selalu mendoakanmu. Juga ikut mendoakan, senior kita di AMPI dulu, yang sore itu kali pertama membisiki saya bahwa Pak Nyanyang ditangkap. Di lima hari pasca mebisiki saya, ia menghembus nafasnya yang terakhir. Ila arwahu, al Fatihah.

Makassar, 04 Mei 2023 – Armin Mustamin Toputiri