oleh

Cerita Armin Mustamin Toputiri Tentang Sosok Haris Yasin Limpo

TABAYYUN UNTUK PAK NYANYANG

koranmakassarnews.com — Sore itu, pertengahan Ramadhan, jelang buka puasa 11 April 2023. Saat tekun mengikuti ceramah takziyah wafatnya nenek mertua, seorang senior AMPI, menghampiri kursi saya. Berbisik, “Pak Nyanyang — sapaan akrab Haris Yasin Limpo — ditangkap”.

Saya terhentak, “Astagfirullah!”. Benak saya, tak lagi tertuju pada muatan ceramah takziyah diurai sang ustadz. Meski ia berdiri, tak lebih tiga meter di depan saya.

Sekelebat, memori ingatan saya melintas kisah tiga hari lalu. Kami, sekian mantan aktifis organisasi kepemudaan era 20-an tahun lalu, berbuka puasa di kediaman Pak Nyanyang. Saya memberi lukisan karikatur wajah Pak Nyanyang.

Ubahnya reuni kecil-kecilan. Ledak riuh tawa tak terbendung. Malah, saling ledek. Di usia telah beruban, Pak Nyanyang menantang, siapa berani menyantap kambing guling yang tersaji! “Memang, sengaja saya disiapkan untuk uji nyali”.

Kebersamaan, riuh canda dan tawa di malam itu, tak terbersit isyarat sedikitpun, jika tiga hari kedepan, naas telah menanti tuan rumah. Sahabat kami, Pak Nyanyang.

*

Ceramah takziyah ditutup. Adzan magrib telah berkumandang. Saya meneguk segelas air buka puasa. Saya menyulut sebatang rokok, lalu mengintip layar hape. Wow, heboh sudah percakapan penangkapan Pak Nyanyang. Wajar, dirinya diberitakan. Ia tokoh publik. Punya prestasi juga prestise dari rumpun terkemuka di Sulsel.

Link beritanya, tak luput saya intip. Seketika, perasaan saya mengharu. Tak tega, rela menengok foto telah menimpa sahabat saya. Menunai puasa, kedua tangannya disatukan oleh borgol. Bermobil tahanan, ia digelandang menuju bui.

Ironisnya, statusnya “tersangka”, tapi dipertontonkan bagai begal tengik. Sekalipun itu, Pak Nyanyang tak mengunjuk sikap ambigu. Tetap tenang. Tetap melempar senyuman khasnya pada sekian pewarta.

Pun, lamat-lamat saya cermati raut mimik mukanya, tetap saja terlihat wajah segar. Ia tegar, raut mukanya tak nampak garis kerisauan.

Sikapnya, ikut melegakan perasaan saya. Tau saya, berhadapan kondisi segenting itu, tak semua orang kuat bersikap setenang itu. Kecuali dua perkara. Satu, orangnya bebal telah terbiasa. Dua, orangnya meyaqini dirinya ada di pihak yang benar.

*