oleh

Dugaan Aroma Bisnis Pembangunan Lapak Relokasi Pedagang Pasar Sentral Makassar Makin Menyengat

MAKASSAR, koranmakassarnews.com — Pembangunan lapak relokasi pedagang korban kebakaran Blok B Selatan Pasar Sentral Makassar kini siap menjadi sebuah bola api yang liar.

Selain dugaan issu jual beli posisi lapak dan KIB (Kartu Izin Berdagang) yang strategis dengan nilai mencapai puluhan juta perlapak serta praktek monopoli lapak hingga distribusi pembagian yang kacau masih terus berhembus kencang, kini muncul dugaan pelaksana proyek merupakan perusahaan fiktif serta penerbitan Surat Perikatan Kerja (SPK) yang ilegal dimana diduga direksi dan badan pengawas perumda Pasar Makassar tidak diberitahu atau dirapatkan sebelumnya.

“Point point SPK antara perusahaan dan Dirut PD Pasar yang disepakati secara sepihak dan banyak kejanggalan yang ditemukan mulai dari adanya pelaksana proyek yang disinyalir diduga perusahaan fiktif yang ditunjuk langsung oleh pihak PD Pasar dalam hal ini Dirut Ichsan Abduh Hussein padahal nilai proyek ini lebih dari 1 milyar rupiah sedangkan menurut peraturan pemerintah nomor 16 tahun 2018 yang yang telah di ubah dalam Perpres Nomor 12 tahun 2021 bahwa pengadaan barang dan jasa dengan anggaran 200 juta keatas wajib melalui e-catalog, selain itu dilapangan ditemukan bahwa pelaksana tender terdapat 2 perusahaan dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda di satu jenis proyek”, ungkap Ketum Ormas Kalajengking, Irwan Tompo, SH saat dikonfirmasi, kamis (30/3/23).

Ket. Foto : Lokasi kebakaran Blok B Selatan Pasar Sentral Makassar Desember 2022

Dalam pelaksanaan proyek ini, Irwan Tompo menduga tidak ada transparansi penggunaan biaya oleh pihak PD pasar sebagai pemilik proyek dan kontraktor sebagai pelaksana proyek serta muncul juga kesepakatan sepihak ditengah kondisi yang membuat pedagang mau tak mau harus menerima walaupun dirasa sangat mencekik para pedagang yang sebelumnya telah menjadi korban kebakaran.

Diberitakan sebelumnya pernyataan Walikota Makassar bahwa proyek ini didanai sebagian dari pemerintah dan selebihnya dari swadaya para pedagang korban kebakaran. Tapi pada kenyataannya biaya ganti pembangunan dikenakan sebesar 4 juta rupiah jauh diatas estimasi biaya pembangunan satu lapaknya yang hanya berkisar 1,5 juta rupiah jadi pihak pengembang dan pengelolaan dalam hal ini PD Pasar mendapatkan keuntungan sebesar kurang lebih 2,5 juta perlapak atau boleh disebut sudah jauh dari kata swadaya.

baca juga : Ricuh Saling Klaim Lapak di Pasar Sentral Makassar, Polisi Amankan 1 Orang

Disamping itu janji dari Dirut Perumda Pasar Karya Kota Makassar sebelum pembangunan bahwa pembangunan akan rampung sebelum bulan puasa sehingga para pedagang bisa memanfaatkan lapak relokasi tersebut berjualan di bulan puasa sudah jauh melenceng karena pada kenyataannya hingga seminggu pelaksanaan ibadah puasa lapak relokasi tersebut tidak kunjung selesai.

“Perlu kiranya aparat terkait secepatnya mengusut dugaan pelanggaran Undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah dalam proyek pembangunan lapak relokasi pedagang korban kebakaran blok B Pasar sentral Makassar sebelum kerugian para pedagang semakin besar akibat dijarah oleh oknum-oknum yang bermain dalam proyek tersebut untuk keuntungan pribadi”, tambah Irwan Tompo yang juga Dirut LBKH The Real Legend Kiwal ini.

baca juga : Kisruh Pembagian Lapak Relokasi Pedagang Pasar Sentral Makassar

Ketum Ormas Kalajengking ini juga berjanji akan mengusut tuntas penyimpangan dan praktek praktek monopoli serta hal hal yang merugikan masyarakat terkhusus bagi para pedagang korban kebakaran pasar sentral Makassar.

“Kami segera akan membuka layanan pengaduan bagi para pedagang atau masyarakat yang mengetahui kejanggalan kejanggalan pembangunan dan praktek monopoli serta jual beli, alasan kami membuka layanan pengaduan karena fungsi dari kepala unit pasar sentral Makassar tidak berjalan”, ujar lawyer muda ini.

Hingga berita ini tayang pihak PD Pasar belum dapat dimintai keterangan karena sebagian dari direksi PD Pasar Makassar Raya memilih bungkam. Sementara Kepala Pasar Sentral saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu tidak tahu menahu perihal SPK dan kesepakatan kesepakatan tersebut. (*)