oleh

Membedah Pemikiran Denny JA di Pesantren, Kitab Suci di Abad 21

Gaus juga meringkas pemikiran Denny JA seputar agama di era Google dalam sembilan butir sbb:

1. Pentingnya pendekatan kuantitatif untuk membuat perbandingan soal  peran agama  di masyarakat.

2. Para arkeolog berjasa mengkonstruksi ulang kisah agama.

3. Setelah Nabi tiada, tiada pula tafsir tunggal agama. Yang tersisa adalah perebutan tafsir. Penting kita memilih tafsir yang sesuai dengan prinsip HAM.

4. Islam Eropa memgembangkan tafsir Islamnya sendiri yang sesuai dengan kultur Eropa.  Kita pun di Indonesia tak perlu terikat dengan tafsir kultur Timur Tengah.

5. Bagi yang tak meyakini agama, agama dapat dinikmati sebagai sastra. Apa yang terjadi pada La Galigo (kitab suci) dapat juga terjadi pada agama lain.

6. Pentingnya mencari intisari semua agama berdasarkan the science of happiness dan neuro science. Denny JA mengembangkan spirituality of happiness.

7. Mendekat agama sebagai kekayaan kultural milik bersama. Merayakan hari besar agama lain sebagai social gathering lintas agama.

8. LGBT isu HAM masa kini. Pentingnya mengembangkan tafsir agama yang tidak mendiskriminasi kaum LGBT.

9. Perlunya menggandeng Science dan Jalaluddin Rumi.

Itulah ringkasan sembilan pemikiran Denny JA dari sembilan esai dalam buku karangan Ahmad Gaus.

Namun menurutnya, ia tidak mengklaim bahwa sembilan butir itu mewakili seluruh pemikiran Denny JA yang tersebat dalam ratusan karyanya. Buku ini hanya diniatkan untuk menyorot aspek-aspek pemikiran Denny JA yang terpenting, yang terkait dengan soal agama dan spiritualitas. *