oleh

Syarif Bando: Literasi Kunci Negara Maju, IPI Enrekang Beri Penghargaan Ke Kepala Perpusnas

ENREKANG, koranmakassarnews.com — Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Kapusnas RI), Drs. H. Muhammad Syarif Bando jadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam acara Workshop dan Seminar Literasi dengan mengusung tema, “Inisiatif Pustakawan dan Transformasi Perpustakaan dalam Mendorong Ekosistem Literasi menuju Masyarakat Berpengetahuan dan Produktif”.

Acara diadakan di Lantai-4 Aula Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Enrekang. Kelurahan Galonta, Kec. Enrekang, Sabtu, (22/7/2023).

Dengan suara khas, serak-serak basah, putra asli Massenrempulu ini memaparkan materinya yang berjudul “Literasi Kunci Negara Produsen” dengan apik dan menarik perhatian dari para peserta yang terdiri dari pejabat struktural Pemda, pustakawan, para guru, utusan dari desa/kelurahan, pengurus Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca, (GPMB), mahasiswa dan masyarakat umum lainnya.

Saudara, atau adik ke-6 dari Bupati Enrekang ini, memulai paparannya dengan menyatakan bahwa Indonesia ini adalah negara besar, dikarunia dengan sumber daya alam yang melimpah.

“Kita itu penghasil batu bara nomor satu di dunia, penghasil kelapa nomor satu, juga penghasil rempah, kakao, dan lainnya. Tetapi kita hanya sebatas mampu mengekspor hasil-hasil bumi itu dengan bahan baku mentah,” jelasnya.

Coba bayangkan, Korea Selatan itu yang menjadi raja dunia elektronik saat ini. Lihat saja, handphone yang kita miliki, hampir semua buatan Korsel. Namun tahukah Anda, jika tidak ada batu bara dari Indonesia, produksi handphone Korsel akan macet.

baca juga : Muslimin Bando dan Asman Sambut Kedatangan 185 Jamaah Haji Enrekang

“Sebab bahan bakar untuk energi mereka berasal dari batu bara milik Indonesia. Sayangnya, kita hanya bisa ekspor batu bara dengan harga murah, sementara mereka mengekspor handphone, berbagai jenis elektronik, bahkan otomotif ke Indonesia dengan harga mahal. Itulah faktanya”. Terang Syarif Bando.

Bahkan, sabuk kelapa pun kita ekspor ke Jerman, untuk dijadikan jok mobil buatan Jerman dengan harga selangit. Namun, kita disini, menganggap sabuk kelapa tidak ada apa-apanya.

“Pengetahuan kita tentang kelapa sebatas memanfaatkan buahnya untuk konsumsi, dimakan dan diminum langsung jika masih muda, dibuat santan dan aneka kuliner jika telah tua. Sebatas itu saja. Padahal nilai ekonomis kelapa itu sangat tinggi jika mampu dikelola,” imbuhnya lagi.