oleh

Warga Rincikan Penyalahgunaan Dana, Kades Malalin : Kami Sudah Diaudit Dua Kali

ENREKANG, koranmakassarnews.com — Pengelolaan dana desa Malalin kecamatan Cendana kabupaten Enrekang tahun anggaran 2019 di duga kuat ada penyelewengan anggaran yang di nikmati oleh oknum pengelola dana desa tersebut, setelah bocornya surat pertanggung jawaban (SPJ).

Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) ke masyarakat ,baru di ketahui oleh warga bahwa material yang seharusnya gratis, tetap di dianggarkan ungkap Zainal Abidin di berita sebelumnya.

Sama halnya dengan salah seorang warga Desa Malalin yang ikut prihatin dengan kelakuan oknum pengelola yang di duga sengaja mencari cari celah untuk kepentingan pribadi dalam mengelola dana desa,

Wahyudi mengungkapkan bahwa menurut perhitungan kami sesuai RAB dengan SPJ pengelola bahwa anggaran  untuk pengecoran pudete RP .100 JT , pengecoran dusun malalin 1, Rp.140 JT, dusun malalin II Rp. 140 JT,  untuk tiga ruas ini sesuai RAB volume pasir saring  405 m3 X harga satuan Rp. 230.000= Rp. 93.150.000, untuk Pasir timbunan volume RAB,  30 m3 X Rp.230.000= 6.100.000.  totalnya Rp. 93.150.009+6.100.000 = Rp. 99.250.000,

Lanjut Wahyudi mengatakan bahwa untuk realisasi pembayaran sesuai SPJ  untuk pasir saring di bayarkan Rp 227.500/ 1 m3 dan untuk pasir timbunan dibayarkan Rp.220.585,/1m3  sedangkan biaya operasional yang kami duga dilapangan pengelola cuma mengeluarkan biaya kurang lebih Rp. 18.282.500. dengan rincian mobilisasi ke pudete 27 mobil X rp.50.000=Rp 1.362.500   untuk mobilisasi ke malalin 82 mobil X 100.000=Rp. 8.200.000, total mobilisasi =rp.9.962.500 untuk biaya sewa alat berat exzkapator dalam  satu mobil Rp .40.000 X 109 mobil = Rp.4.360.000 dan biaya exzkapator untuk  jalanan 109 X 40.000= Rp.4.360.000  total biaya sewa alat = Rp.8.720.000.

“Jadi menurut dugaan kami biaya operasional yang dikeluarkan oleh pengelola khusus pengadaan material sirtu berpotensi merugikan keuangan negara karena  selisihnya realisasi pembayaran sesuai SPJ sangatlah banyak”, tambah Wahyudi, kamis (25/11/21)

Dirinya menanggapi klarifikasi secara tertulis oleh pemerintah Desa Malalin yang telah mengembalikan Rp.21. 776.576. berdasarkan LHP Nomor 700.04/442/XII /IRKAP/2020. tetapi di klarifikasi pemerintah desa tersebut tidak jelas bentuk temuannya apakah temuan kekurangan volume atau denda keterlambatan.

“Kalau yang pengembalian atas laporan warga ke kejaksaan atas jual beli material ke masyarakat  pengelola telah mengembalikan kurang lebih Rp 23 juta itu saya kira sudah tepat namun menurut hitungan kami di masyarakat masih ada sekitar kurang lebih Rp.10.jt yang harus di kembalikan”, tutup Wahyudi.

Sementara Sareng Toto Kepala Desa Malalin mengakui bahwa ada kekeliruan yang telah dilakukan, ada item pekerjaan yang tidak ada laporan pertanggungjawabannya secara administrasi, tidak ada berita acaranya hal ini di sampaikan di balik telepon selulernya beberapa hari lalu.

baca juga : Warga Malalin Enrekang Ungkap Dugaan Penyalahgunaan Dana Desa

Intinya yang di pertanyakan masyarakat adalah kemana itu selisih harga material dan Sareng sudah menjelaskan di hadapan inspektorat, kepolisian,dan kejaksaan bahwa ada tambahan volume di beberapa item pekerjaan yang dilakukan ada pengecoran kurang lebih 90 meter,ada dekker, gorong gorong, drainase dari mana anggarannya itu dirinya mengatakan dari selisih harga material yang diambil di tempat,

“Saya mengakui bahwa kami salah dan saya akui bahwa niat baik ternyata tidak semua baik bagi orang yang tidak senang tetapi alhamdulillah kebanyakan masyarakat sangat respon dengan tindakan kami untuk mempercepat akses keseharian masyarakat,dari pada sisa dana desa di silpakan lebih baik di gunakan”, kata Sareng Toto

Sareng juga menjelaskan bahwa dasar warga menghitung itu keliru sebab apa yang mereka hitung tidak sesuai yang ada di lapangan

“Saya sudah dua kali di audit investigasi, saya kira pemerintah lebih ahli, mapan,dan lebih genius, teliti dalam memeriksa dan sudah ada laporan pemeriksaan (LHP) dan saya sudah kembalikan itu temuannya, saya jelaskan kenapa ini bisa terjadi karena desakan dari masyarakat juga yang menginginkan dana desa yang tersisa digunakan ,yang salah itu kalau di salahgunakan”, pungkasnya. (*)