oleh

Zikir, Enerji Batin dan Religiusitas Denny JA

Evolusi spiritual manusia selanjutnya adalah Periode Narasi Agama. Dimulai dari Zoroasther sebagai Monotheisme tertua yang dilanjutkan oleh Yudaisme, Kristen dan Islam. Disinilah manusia menemukan konsep Tuhan yang Serba Maha, yang sangat berkuasa, yang menentukan hitam-putihnya hidup manusia. Tuhan yang garang, bengis, maha menghukum dan mengatur (Authoritarian God). Hingga pakaian perempuan diatur oleh Tuhan.

Untuk kepentingan memperkenalkan Tuhan kepada manusia, maka diperlukan perantara yang dikenal sebagai Nabi atau Rasul. Sejarah mencatat, begitu banyak Nabi dan Rasul. Anehnya, sumber informasi tentang Nabi dan Rasul hanya satu, yaitu Kitab Suci Yahudi dan Kristen (Perjanjian lama dan Perjanjian Baru). Al-Qur’an yang datang sekitar 600 tahun setelah Kitab Kristen, nampaknya mengulang informasi yang sama. Sayangnya, ketiga agama itu saling berperang dan menumpahkan darah hingga saat ini.

Dunia, katanya, memerlukan spiritualitas baru yang merangkum semua agama itu dalam kasih sayang. Sebuah fakta yang makin memungkinkan menerapkan Spiritualitas baru adalah manusia yang tidak berafiliasi pada sebuah agama saat ini jumlahnya sangat besar.

Agama terbesar memang masih dipegang oleh Kristen yang disusul oleh Islam. Tetapi, manusia yang tidak merasa sebagai umat satu agama (Non Affiliated) menduduki posisi ketiga. Jumlah yang sangat besar ini perlu diwadahi agar bisa menjadi tenang dan damai di dalam situasi dunia yang bergolak dan rusuh ini.

Manusia, tambahnya membutuhkan Spiritualitas Baru (New Spirituality). Barang apakah yang ditawarkan Denny JA itu? Dalam narasinya, Denny menyebutkan, Spiritual Baru itu tidak menggantikan peran agama tetapi cuma mengisi ruang-ruang yang tidak diisi oleh agama yang banyak itu.

Manusia, kata Denny lagi, masih membutuhkan ketenangan dan kontemplasi. Apapun agamanya, bahkan yang tidak beragama sekali pun, manusia mempunyai tempat di otaknya untuk merenung dan memakna sisi transendental.

Secara ilmiah, tempat itu disebut Parietal Cortex, yaitu bagian otak yang bisa memberikan ketenangan pada saat manusia membutuhkan sandaran dalam ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Spiritual baru ini, katanya, masih membutuhkan Tuhan sebagai tempat untuk bersandar dan mencari ketenangan jiwa. Bukan Tuhan yang Maha Menghukum dan Maha Menentukan hidup manusia yang bercitra mengerikan dan menakutkan (Authoritarian God).

Yang dibutuhkan adalah Tuhan yang penuh kasih sayang, yang memberikan perlindungan, Mahalembut, Pemaaf dan Memaklumi kekurangan dan kelemahan manusia (Benevolent God).

baca juga : Denny JA: Evaluator Kecurangan Pemilu Sebaiknya Akademisi, Jangan Politisi

Bagaimanakah cara untuk mencapai dan mempraktekkan Spiritualitas baru itu? Denny JA menawarkan agar pembacanya menerapkan secara konsistensi dan kontinyu lima tingkah laku baik, yang diringkasnya dalam konsep 3P + 2S, yaitu Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning dan Spiritual Blue Diamond. Yang terakhir dibagi lagi dalam tiga topik, yaitu Golden Rule, Power Giving dan Oneness.

Harus diakui, Denny banyak mengutip Jalaluddin Rumi (1207-1273) penyair sufi besar Persia yang hidup di Konya, Turki. Seperti Rumi, Denny mengakui bahwa pada akhirnya harta, pangkat, jabatan tidak membawa kepada kebahagiaan sejati. Kebahagiaan itu ada di hati.

Tumbuhkan cinta di hatimu, maka Tuhan akan bersemayam di sana. Kebahagian itu muncul dari diri yang menerapkan Spiritualitas Baru dengan prinsip 3P + 2 S.